Trending Topics

.

.

Friday, October 07, 2011

Essai: Opini Mengenai Evolusi

Secara harfiah, evolusi diartikan sebagai perubahan atau berubahnya suatu hal secara berangsur-angsur, dengan kata lain evolusi merupakan perubahan yang berlangsung lama. Evolusi terjadi hampir di segala aspek kehidupan, tentu saja. Coba fikirkan perbedaan kehidupan para manusia nirleka dengan kita yang hidup detik ini. Berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan pada masa itu dan masa sekarang jauh berbeda tentu juga karena terjadinya perubahan. Perubahan itu tak serta merta terjadi macam yang kita sebut revolusi melainkan terjadi dalam waktu yang lama. Itulah Evolusi.
Contoh terkenal evolusi yang banyak kita dengar adalah teori evolusi manusia yang dikemukakan Darwin. Disana dijelaskan jika manusia berevolusi dari kera yang terus mengalami perubahan dalam kurun waktu jutaan tahun sampai wujudnya menyerupai manusia modern. Meski belakangan teori tersebut banyak ditentang, teori tersebut telah menjadi teori yang terkemuka dan cukup memiliki andil besar dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan sejak zaman itu sampai sekarang. Tapi sepertinya, teori evolusi tak akan menjadi masalah yang saya bahas saat ini.
Jika bicara tentang evolusi saya tertarik pada evolusi bangsa ini. Indonesia memang bukan negara yang berusia berabad-abad, melainkan sebuah negara muda yang belum genap berusia enampuluh enam tahun. Tapi jika dibandingkan bagaimana wajah Indonesia saat baru berdiri dengan wajah Indonesia sekarang, tentu akan kita temui banyak sekali perubahan. Baik itu akibat revolusi maupun evolusi. Indonesia telah tumbuh menjadi negara yang sedikit demi sedikit mulai beranjak dewasa tapi menurut saya belum bisa mencoba bersikap dewasa.
Saya memang hanya seorang pelajar yang minim pengetahuan, tapi saya cukup tertarik dengan sejarah dan senang mencari tahu tentangnya, jadi semua yang saya tulis disini hanya berdasarkan pandangan saya, tidak lebih. Tapi tak salah kan? Toh ini kan hanya soal opini. Dan dari pandangan saya, wajah Indonesia ini jauh lebih cantik dan menawan ketika ia baru menyerukan kata merdeka. Indonesia yang kala itu sebenarnya belum sepenuhnya lepas dari belenggu penjajahan justru terlihat begitu bersinar. Indonesia melalui berbagai gerakan aktif menentang penjajahan sambil masih memerangi serangkaian pemberontaka pemberontakan yang masih terjadi di berbagai daerah. Tapi ternyata Indonesia berhasil mengatasi berbagai masalah tersebut dan pada akhirnya berdiri tegak sebagai bangsa yang merdeka.
Setelah menyandang status merdeka pun Indonesia masih harus menghadapi berbagai konflik internal yang mengancam kedaulatan. Sebut saja G/30S PKI, pemberontakan DI/TII, dan yang lainnya. Bahkan terorisme dan gerakan separatis pun masih membayangi bangsa kita sampai saat ini. Jika kita hanya terus berusaha mempertahankan diri dari masalah tersebut tanpa berusaha atau setidaknya mulai berfikir keras untuk mengambil tindakan dan memberantasnya, kapan kita bisa memikirkan bagaimana memajukan negara ini?
Ini juga merupakan evolusi yang akan saya bahas. Kemerosotan moral dan nilai-nilai bangsa kita yang luhur rasanya sudah merupakan rahasia umum dewasa ini. Mengapa saya sebut rahasia umum? Ini karena menurut saya semakin sedikit orang yang peduli terhadap masalah ini. Mereka yang tak peduli mungkin beranggapan jika masalah ini sudah tak mungkin lagi diatasi atau bahkan mereka yang tak andil dalam pemecahan masalah ini adalah mereka yang memiliki pemikiran hebat, mereka yang mempunyai rencana yang sistematis untuk mengatasi masalah ini, hanya saja tak memiliki jalur untuk mengemukakannya atau malah malas untuk mencari jalur itu. Kebanyakan mereka para orang hebat yang malas mencari jalur itu beralasan: percuma, suara kaum minor tak akan didengar. Ini juga merupakan kemrsotan nilai. Lihat betapa menyedihkannya demokrasi yang sejak dulu selalu bangsa kita gembar-gemborkan belakangan ini. Kasus manipulasi suara dalam pemilihan umum bukan lagi hal yang sulit ditemui. Dari mulai pemilihan pengurus daerah tingkat bawah sampai mereka para petinggi. Sementara itu, para pemikir jenius justru dibungkam secara tak langsung oleh kedzaliman yang kita tak tahu kapan akan berakhir.
Jika begini sudah, apa yang harus kita banggakan? Apa kita masih bisa disebut bangsa yang besar kala nyali kita mengecil? Apa kita masih bisa bangga terhadap budaya yang disadap tetangga? Apa kita masih bisa disebut kaya saat kita tahu sumberdaya alam dan sumberdaya manusia tak terperdayakan kita sama-sama melimpah? Sementara kota besar semakin tenggelam dan pulau-pulau indah kita semakin usang. Fikirkan, pada masa orde baru kita sempat mengecap masa masa emas kala kita dinobatkan menjadi macan Asia di bidang pangan. Tapi kini, Indonesia sang mantan macan Asia harus impor beras dari Thailand. Lihat, sudah seberapa dalam sang evolusi menyeret kita kepada kemerosotan.
Tapi menurut saya, kunci kemerosotan yang harus kita cari lubangnya ada pada moral kita. Terutama Individualisme. Evolusi yang tak terkontrol telah melahirkan pemikiran tersebut dalam benak generasi kita. Padahal sesungguhnya, kita adalah bangsa dengan nilai moral yang luhur. Lihat betapa kagumnya bangsa barat kepada keramahan, semangat kerja keras dan sistem gotong royong kita. Tapi yang jadi pertanyaan adalah mengapa kita tak bangga pada adat ketimuran kita yang mahal itu. Kita justru bangga memiliki penyakit orang barat itu. Individualisme-lah yang menjadi beban terberat bangsa kita saat berusaha naik keluar dari liang keterpurukan. Demokrasi tak berjalan semestinya karena individualisme. Semangat gotong royong terkikis karena individualisme. Korupsi pun meraja karena individualisme. Mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepada yang lain. Kemana? Kemana jiwa sosial kita yang tinggi? Individualisme itu seharusnya hanya penyakit mereka para penghuni negara maju yang sibuk dan tak lagi punya waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain, tak sepantasnya ada pada bangsa kita yang masih membutuhkan banyak kerja sama untuk mencapai kesuksesan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, itu kata orang dulu kan? Jangan-jangan mereka sudah tahu sejak dulu apa yang akan terjadi sekarang, ya?
Dulu bangsa kita begitu memimpikan kemerdekaan, kata merdeka menjadi sebuah perstisius yang rela kita dapatkan dengan berbagai cara. Kala itu saya fikir, semangat gotong royong kita berada pada puncak tertingginya. Jika para pengacau individualis dan materialistis yang merusak itu sudah lahir sejak saat itu, mungkin bangsa kita belum merdeka sampai sekarang. Ingat, delapan puluh tiga tahun yang lalu kita mengujarkan sumpah pemuda, oleh karena itu, sudah semestinya kita sebagai pemuda, generasi selanjutnya, menengok kembali nilai apa yang terkandung disana. Tak ada kata ketinggalan zaman soal sejarah. Apa yang mereka lakukan dulu, tindakan mereka baik yang benar maupun yang salah, selalu punya nilai jika kita pelajari. Jika Indonesia dulu pernah menaungi para pemuda yang berhasil mengalahkan individualismenya untuk mencapai kemerdekaan, mengapa sekarang tak kita coba untuk mengalahkannya lagi untuk mencapai kemajuan. Yaah.. kemajuan suatu negara memang tak bisa diraih dalam semalam, tapi jika kita terus terusan bertahan dalam situasi pasif dan merugikan macam sekarang, penyakit bangsa dan negara ini akan semakin kronis dan tentu akan semakin butuh waktu lama untuk menyembuhkannya. Jika kita memulainya dari sekarang, mungkin kita tak bisa langsung menikmatinya, tapi generasi seterusnya akan menyebut kita generasi anak emasnya Indonesia. Jika dulu ketika zaman penjajahan sampai kemerdekaan kita punya banyak sekali nama pahlawan, mengapa kita tak punya pada masa ini. Dunia sedang berperang, hanya saja tak kita sadari. Indonesia butuh pahlawan-pahlawan baru. Apa tak hebat jika nama kita terukir sebagai pahlawan? Itu adalah penghargaan tinggi yang jika kita berfikiran seperti bagaimana seharusnya pola fikir orang Indonesia, penghargaan sebagai pahlawan tak akan mampu dibayar dengan uang seberapapun nilainya.
Kita tak harus menunggu batu loncatan yang tinggi muncul dihadapan kita untuk mencapai kemajuan. Macam Amerika yang meraih segalanya setelah perang dunia dua. Cukup dengan merdeka di kala itu dan kini harus kita ciptakan batu loncatan kita sendiri. Dengan semangat gotong royong kita yang tinggi itu tak akan menjadi sesuatu hal yang mustahil. Dengan mengalahkan sifat indifidualis kita, kita bisa mulai sedikit demi sedikit memperbaiki moral bangsa kita. Ingatlah, waktu terus berjalan dan evolusi akan terus menyeret kita jika kita tak mampu mengimbanginya. Evolusi tak akan pernah mengehentikan langkahnya untuk menunggu siapapun. Evolusi merupakan sesuatu yang kejam. Ia tak akan memikirkan siapapun, yang mampu mengikutinya akan ia tempatkan diatasnya, sementara bagi mereka yang tak bisa ia gerus, ratakan dengan tanah, dan tinggal jauh-jauh. Ia akan terus melaju, dan sedikit demi sedikit kita harus mencoba mengikutinya. Bayak hal yang harus diperbaiki, tapi selama kita melakukannya bersama-sama tak akan ada hal yang sulit dan berat. Tapi Tuhan tetap adil, jika kita berhasil berada diatas, evolusilah yang akan berjalan sesuai kehendak kita.


-Yuanita W.P


No comments:

Post a Comment