Trending Topics

.

.

Monday, August 10, 2015

Sisa Perjalanan



Teman-teman, hati selalu punya ruang. Anak muda seharusnya memang progresif, mengingat fungsi tubuh sedang dalam kondisi terprima. Pada masa-masa ini para atlet mendapatkan medali terbanyaknya, dan seorang yang duduk di kelas dalam gedung berpendingin ruangan mendengar ceramah professor yang mengaku intelektual ini patutnya berkarya. Orang lain sesama pemuda telah sampai di tanah-tanah asing, telah mengukir nama yang harum dalam kejuaraan-kejuaraan besar, dan telah membuat orang terdekat kenyang oleh rasa bangga, tapi apalah diri ini. Seorang yang belum menemukan diri menghasilkan suatu yang berharga. Seorang penghabis waktu dan biaya, tidak produktif luar biasa.

Diantara tugas-tugas wajib, kesenangan hati selalu jadi prioritasnya. Kali ini, setelah ia melakukan perjalanan ini, nampaknya paham yang terlalu SMA itu telah terlalu usang untuk tantangan di dunia barunya. Ia beranjak ke semester tua, masih dengan tangan hampa kecuali deretan nilai di transkrip. Waktunya hanya berputar di orang-orang sekitar, hobi, dan ketidak disiplinannya. Dasar anak manja.
Antara panitia dan calon peserta tak pernah ada komunikasi apapun, bahkan dalam bentuk kontak batin sekalipun. Birokrasi di tanah berisi ratusan juta orang ini sering kali terlalu panjang dan berbelit. Sementara itu waktu adalah makhluk paling konsisten di muka bumi. Kalau menurutmu deadlinenya terlalu singkat, itu cuma self excuse para pecundang. Kau bukan seorang pengambil kesempatan.

Sebetulnya Tuhan Maha Pemurah. Bahkan di dalam duniaNya yang orang bilang kejam ini, setiap manusia akan berkembang sesedikit apapun usaha yang ia lakukan. Minimal manusia tahu caranya menyuapkan makanan ke mulutnya, maka makanan-makanan itu akan sampai pada sel-sel yang terus berlipat ganda. Tubuh berubah dan tantangan dengan tanpa disadari juga bertambah. Dengan kekuatan lebih, seorang anak berusia 7 tahun harus berjalan kaki ketika ibunya hanya sanggup menggendong adiknya yang berusia 3 tahun. Apakah itu tantangan? Rasanya terlalu sederhana untuk menyebut keterpaksaan untuk berjalan kaki dalam lelah selagi si ibu tak sanggup menggendong dua anak sebagai tantangan. Akan tetapi lama kelamaan, anak 7 tahun itu akan jadi seorang kakak yang bukan hanya kuat, tapi paham posisinya, mengerti arti pengorbanannya, dan menyayangi adiknya. 

Dalam kesempatan lain, untuk menjadi murid yang pandai, anak 7 tahun itu harus mengambil kesempatan memperhatikan apa yang di ajarkan guru di setiap kelas tanpa melewatkan sedikitpun. Pun untuk masuk tim sepak bola anak kabupaten, ia harus rajin berlatih sebelum audisi dilakukan. Ada lebih banyak usaha yang dituntut kesempatan-kesempatan semacam itu. Masalah yang ditimbulkan jika kalian tidak mengikutinya pun tidak akan besar. Nilai sekolah kalian akan tetap bagus meskipun kalian tak ikut lomba-lomba ke luar. Dan kalian akan tetap naik kelas sekalipun duduk di tengah, dan kadang luput dari penjelasan guru di depan kelas selama kalian rajin masuk dan mengerjakan tugas. Tapi ketika ada orang-orang lain yang mengambilnya, jangan harap mereka akan dengan murah hati setia menunggu kalian sampai saat terakhir. Mereka akan melesat, jauh, sampai tak terlihat lagi. 

Dunia yang kecil tak akan berubah terlalu banyak. Teman akan tetap baik, keluarga akan selalu ada dan membanjiri diri dengan kasih sayang. Tapi di dunia yang lebih besar, akan ada banyak orang yang kontradiktif denganmu. Ada mereka yang konsisten dengan sikap diri yang tak kau sukai. Ada banyak kekalahan dibalik satu dua kemenangan maha manis yang menggetirkan hati. Di kali pertama kedua mencoba, rasanya dunia seperti meninggalkanmu sendirian. Ketika tak bisa mengatasi, kita seringkali akan berlari dan sembunyi. Dunia tak akan melihat kita lagi sebelum kita bisa tersenyum dan beramah hati. Selamanya mereka akan mengingat kita sebagai orang-orang yang ditimpa bayangannya sendiri. 

Soal semua itu, aku baru merasakannya kali ini. Selama ini zona nyaman telah membuat cahaya luar terasa sangat menyakitkan. Segalanya asing, keras, dan membuat diri tak nyaman. Namun dibalik keputus asaan, dengan segala kuasanya Tuhan datang dengan pertolongan. Dunia akan indah tanpa didoa. Di ujung jalan kita akan sampai pada rasa syukur yang meluap. Dunia tidak sekejam yang kita kira. 

Di perjalanan itu, ada sisa yang manis. Sejengkal dunia telah masuk ke pengembaraanku lagi. Mungkin akan butuh waktu lama sampai jengkal demi jengkal merengkuh seluruhnya dalam dekapan, tapi biarlah ini menjadi proses yang baik. Aku terlambat memulai memang, tapi ada angin kontemplasi yang kubawa dari sini. Untuk menerjunkan diri ke dunia yang luas, aku butuh lebih banyak berlatih. Berhadapan dengan orang-orang baru memang terlalu membuat langkah seringkali terasa salah, dan aku masih sulit mengatasi ini. 

Takdir adalah skenario Tuhan yang rahasia. Dalam setiap hela nafas, tindak tanduk, dan keputusan, tak pernah ada yang pasti tahu apa yang akan didapatkannya. Tesis hanya buah pikir khas metodologi Eropa. Nyatanya masih banyak hal tak bisa di rumuskan. Masih terlalu banyak anomali dalam serangkaian dalil seorang ilmuwan. Manusia begitu kecil. 

Dalam tiap kesempatan aku tak tahu akan bertemu siapa. Seringkali diri ini ingin seluas-luasnya membuka hati. Tapi perasaan dengan segala spekulasi anehnya kerap kali mengambil kendali. Diam, melewatkan banyak hal, merasa salah tanpa meluruskannya, dan aku pun kehilangan banyak hal. Di perjalanan kali ini aku punya banyak hal untuk dikatakan setelah aku sampai di rumah dan merenung. Sayang tak sekata pun sampai padamu di waktu kemarin.

Adakah aku harus seperti mereka? Sayang sekali, sepertinya itu sangat bukan diriku. Aku bukan siapa-siapa. Apa pantasku untuk banyak-banyak angkat bicara. Mungkin diri ini terlalu banyak berkomentar termasuk pada diri sendiri daripada bertindak. Tapi mengertilah, tolong, meski tidak mungkin. Aku ingin tanya beberapa hal, memulai percakapan kecil, dan bertemu serta berpisah dengan wajar denganmu, tapi aku hanya seorang pemula. Mungkin ada banyak tindakku yang berbeda arti di depanmu, tapi maksudku tak pernah buruk. Aku senang hati mengenalmu, hanya saja sulit untuk menafsirkannya dengan benar. 



Selamat memulai hidup yang biasa lagi. Aku harap kita bisa bertemu lagi, dengan suasana yang mungkin lebih baik, nanti.