Trending Topics

.

.

Friday, May 25, 2012

Analisis Biografi Tokoh


Salut mon ami~
Lama ya saya nggak posting papperwork lagi, padahal kemaren kemaren, tiap ada tugas karya tulis begitu pasti langsung saya post. Yaa.. kan lumnayan, buat dokumentasi sekaligus share info disini, lagipula siapatau gara-gara begitu yang nyasar kesini jadi makin banyak hehe#plakk

Oke, mulai saja. Ini analisis biografi tokoh, sebenernya kata Guru Bahasa Indonesia saya sih bebas tokohnya siapa, tapi diutamakan tokoh Indonesia. Akhirnya, tanpa fikir panjang pilihan saya pun jatuh pada dua tokoh favo saya ini~

selamat menikmati, semoga berguna!


Analisis Biografi Tokoh

Oleh Yuanita WP (XI.CI.1)


Ir. Soekarno

Siapa pula, penghuni negeri ini yang tak kenal nama ini, mereka yang bukan warga negara Indonesia, yang tinggal di luar negeri, dan tak punya latar belakang apapun yang terlibat baik secara langsung maupun tidak dengan Indonesia bahkan banyak yang mengidolakan beliau. Akrab disapa Bung Karno, Presiden pertama negara kita ini lahir di Blitar, 6 Juni 1901. Ia bukan seorang Jawa seperti yang dulunya saya ketahui. Namun betul, beliau lahir dan besar di ranah Jawa, hanya saja, Ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai adalah seorang Bali, sedangkan ayahnya yakni Raden Soekemi Sosrodihardjo adalah orang Jawa.

Nama lahir seorang Soekarno sebenarnya bukanlah Soekarno. Sewaktu lahir, orang tuanya memberinya nama Kusno. Namun kemudian diganti karena diasumsikan oleh banyak orang kala itu, Kusno kecil sering jatuh sakit karena tidak cocok dengan namanya. Ajaibnya, setelah namanya berubah menjadi Soekarno, penyakit-penyakit itu pun tak pernah didapati kambuh lagi. Sewaktu kecil, Soekarno tinggal dengan kakeknya di Tulungagung. Ketika berusia 14 tahun seorang kawan bapaknya yang bernama Haji Oemar Said Tjokroaminoto mengajaknya tinggal di Surabaya dan menyekolahkannya di Hoogere Burger School (HBS). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926. 
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Moh Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".

Semasa hidupnya, Soekarno bukan hanya dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, kharismatik, dan dicintai rakyat. Dibalik sosoknya yang berwibawa tinggi, Soekarno tak pernah terlihat menutupi apapun dari dirinya. Semua hal tentang dirinya, secara jujur dan transparan beliau beberkan kepada rakyatnya. Seperti misalnya, Soekarno tak hanya beristerikan seorang saja, beliau bahkan terhitung sempat memperisteri sembilan orang wanita semasa hidupnya. Dan itu adalah kenyataan, bagian dari kisah hidupnya yang samasekali tak beliau tutup-tutupi dari publik. Hebatnya semua itu samasekali tak mengurangi profesionalitasnya sebagai seorang pemimpin negeri. Dewasa ini, jarang sekali bukan kita menemukan sosok seperti Soekarno di jajaran kursi pemerintahan kita? Sosok yang samasekali tak berusaha menciptakan jarak antara pemimpin dan yang dipimpin.

Ada yang mengatakan jikalau pemimpin seideal Soekarno belumlah tentu kita temui kedua kalinya dalam kurun seratus tahun. Sebegitu istemwanyalah orang tersebut menggambarkan sosok Soekarno lewat kekagumannya. Soekarno memang berlatar-belakangkan pengetahuan politik yang luas karena ia memang banyak bergaul di lingkup tersebut semenjak tinggal dengan HOS. Tjokroaminoto. Bahkan jika kita ingat Musso, salah satu pemimpin pemberontakan PKI, dia juga dulunya adalah sahabat Soekarno. Tetapi yang memantaskan dirinya menjadi seorang presiden pertama bukan hanya itu saja. Dibalik gaya bicaranya yang menawan, pengetahuannya yang tinggi dan kecintaannya yang dalam terhadap negeri ini dan seluruh isinya, kreatifitasnya dan kecintaannya terhadap seni juga menjadikan dia berbeda dari pemimpin-pemimpin lainnya.

Sayangnya, setelah turun dari takhta kepresidenan, beliau langsung seperti dihakimi oleh penguasa barunya. Orang yang pernah menyuarakan kata merdeka bagi bangsa kita ini dibiarkan melemah, mengalah oleh raganya. Beliau dipenjarakan di wismanya, dimana kapasitasnya sungguh tak cocok bagi orang sekredibel dirinya. Bahkan untuk sekedar memeriksakan diri keluar negeri pun Beliau tidak diizinkan. Akhirnya, beliau pun wafat pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD lalu kemudian disemayamkan di Wisma Yaso dan dikebumikan di Blitar.



Hal-Hal yang Bisa Diteladani dari Seorang Soekarno

1.      Soekarno bukan anak yang lahir di keluarga yang berada, namun beliau berhasil membuktikan bahwa beliau dapat menduduki posisi tertinggi di Negara ini.
2.      Nasionalisme yang dimiliki Soekarno adalah nasionalisme murni yang mendalam. beliau pernah menyatakan bahwa bahkan dibanding keluarganya beliau lebih memilih urusan Negara. Itulah yang membuatnya bisa mengerti betul seluk beluk negeri ini.
3.      Beliau dikenal ramah dan bisa menjadi sahabat baik bagi banyak pemimpin dunia yang berlatar belakangkan budaya yang berbeda. Itulah mengapa beliau memiliki koneksi yang sangat luas pada masa pemerintahannya.
4.      Soekarno bukan orang yang condong membela ke satu kubu, tetapi beliau melihat bagaimana berbagai kubu yang berbeda-beda itu bisa disandingkan dengan damai.
5.      Bagi seorang pemimpin, sangat penting untuk mengerti betul tentang siapa yang dipimpin, dan Soekarno tahu betul soal itu. Beliau tak meninggikan dirinya, beliau tak mencirikan dirinya sebagai seseorang dari suatu golongan yang lebih tinggi dari rakyat, tapi beliau melihat dirinya sebagai bagian dari rakyat yang menerima mandat untuk memimpin mereka. Itulah mengapa beliau tak pernah berusaha menciptakan jarak antara rakyat dan dirinya.
6.      Sikapnya terbuka kepada yang dipimpinnya. Seluk beluk dirinya tak sedikitpun ia sembunyikan. Itulah yang membuatnya dikenal baik dan dipercaya oleh rakyat.
7.      Beliau tak mudah menyerah. Tujuannya, yang untuk memerdekakan Indonesia tak pernah beliau urungkan meski berkali-kali sudah Soekarno mengecap bui hingga pengasingan.


 Tokoh yang memiliki kemiripan dengan Ir. Soekarno

Abraham Lincoln

"Tak pernah sekali pun saya berusaha untuk dikenang dunia, hidupku ini kubaktikan pada peristiwa-peristiwa di sekitar, bagi generasi dan jamanku, semata-mata agar diriku terjalin dengan sesuatu yang penting bagi sesamaku". [ english ]

Itulah kata-kata Abraham Lincoln saat ia berusia 32 tahun. Kekecewaan yang datang beruntun membawanya ke suatu titik dimana ia ingin mengakhiri hidupnya. Lincoln menulis kata-kata di atas saat ia memutuskan untuk memulai lembaran baru dalam hidupnya. Di kemudian hari, ia menjadi salah satu Presiden Amerika yang paling dikenal dan dicintai masyarakat. Namanya terkenal ke seluruh dunia sebagai seorang yang mengakhiri Perbudakan di Amerika.


Lincoln lahir di Kentucky, AS, di mana ayahnya bekerja sebagai tukang kayu. Ia telah kehilangan ibunya sejak usia dini, kemudian ayahnya menikah lagi. Namun Lincoln dan saudara perempuannya sangat mencintai ibu tirinya itu.

Lincoln cilik tumbuh menjadi pemuda jangkung dan tegap. Pakaiannya selalu tak pernah tampak pas. Lengan bajunya selalu terasa pendek dan celananya selalu menggantung diatas mata kaki. Bila diamati, sepertinya ia tak pantas menjadi orang besar di kemudian hari, yang ternyata terwujud.

Pertama kali Lincoln menyaksikan Perbudakan, adalah ketika ia menyewa kapal angkut untuk membawa muatan menuju New Orleans di tahun 1828. Kemudian, ketika ia mengunjungi kota itu untuk ke dua kalinya, ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia harus menghapus praktik perbudakan ini.

Lincoln tidak mengikuti pendidikan seperti pada umumnya, namun ia giat belajar membaca dan menulis sampai berhasil menjadi seorang pengacara. Meskipun kadang-kadang dia dianggap sebagai seorang ‘homo’ oleh para tetangga karena tingkah dan cara berpakaiannya, namun ia cukup supel kepada warga sekitar. Ini semata-mata karena ia memiliki rasa humor yang menonjol dan selalu membuat orang lain gembira. Cinta pertamanya jatuh pada seorang wanita bernama Anne Rutledge, anak tetangga pemilik losmen di mana ia tinggal. Ayah Anne-lah yang menyarankan agar Lincoln terjun ke dunia politik.

Di awal karir, Lincoln terpilih menjadi anggota DPRD untuk wilayah Illinois pada tahun 1834. Kemudian terpilih kembali pada tahun 1838 dan tahun 1840. Ketika itu, ia bertemu seorang bernama Stephen Douglas, yang kemudian menjadi saingan baik dalam soal cinta maupun urusan politik. Mary Todd, perempuan yang mereka perebutkan, berasal dari Kentucky, lebih memilih Lincoln sebagai suami, namun pernikahn mereka tidak bahagia. Pada tahun 1842, setelah setahun pernikahan mereka, Lincoln membuka biro hukum dengan seorang teman bernama William H. Herndon. Persahabatan kedua orang ini ternyata terus bertahan hingga akhir hayat Lincoln. Di kemudian hari, Herndon-lah yang menulis biografi Abraham Lincoln.

Pada tahun 1846, Lincoln terpilih menjadi anggota Kongres. Namun keanggotaannya tidak diperpanjang karena ia mengusulkan undang-undang untuk meng-akhiri perbudakan di distrik Columbia. Karena kecewa, ia kembali mengaktifkan biro hukumnya. Ia menghentikan kegiatan politiknya untuk beberapa waktu, namun kemudian ia lebih dikenal oleh masyarakat sebagai pengacara yang jujur.

Nyatanya, Lincoln tak bisa berhenti terlalu lama dari dunia politik. Pada tahun 1854, isu perbudakan membuatnya terjun kembali ke dunia politik. Taampaknya ia harus bersaing dengan Stephen Douglas, yang mencoba menundukkan wilayah Selatan Amerika yang mendukung perbudakan, sementara wilayah Utara menentangnya. Lincoln tak menyangka bahwa setengah dari negeri ini mempertahankan praktek perbudakan ketika separuh saudara sebangsanya menentang. Ia berfikir, tak mungkin bangsanya terdiri dari separuh budak separuh bukan. Bagaimanapun, ternyata Lincoln terpukul pada putaran pertama melawan Douglas, dalam memperebutkan kursi Senat AS.

Meski kali ini ia kalah, pada bulan Mei 1860, Lincoln terpilih sebagai calon presiden dari Partai Republik. Sementara itu, Partai Demokrat menyerangnya habis-habisan, dan mereka menyebutnya sebagai 'pengacara kacangan', 'tak becus berbahasa Inggris' dan sebagainya. Namun akhirnya, ia ternyata terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Empat hari setelah ia menjadi Presiden, negara bagian Selatan itu keluar dari Federasi Amerika Serikat. Negara-negara Selatan itu kemudian membentuk sebuah Konfederasi sendiri. Lincoln merasa sedih karenanya, dan berusaha mengupayakan diakhirinya pemisahan tersebut. Tetapi, konflik antara Utara dan Selatan itu malah semakin memuncak dan menjadi Perang Sipil. Lincoln terus berusaha menghentikan konflik tersebut sekuat tenaga meskipun tak berhasil.

Untuk memahami latar belakang politik terjadinya Perang Sipil Amerika, perlu dijelaskan bagaimana asal mula Amerika terbentuk. Pada abad ke 17, para pendatang
dari Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda dan Jerman dating ke Amerika Utara, yang mereka anggap sebagai negeri tak berpenghuni yang baru mereka temukan. Mereka datang demi mencari kemakmuran, mendapatkan kebebasan beragama, serta untuk memperluas kekuasaan negeri asal mereka dan membangun imperium baru. Kerajaan Inggris kemudian menerapkan Undang-Undangnya di situ, sehingga negeri yang baru itu mereka sebut sebagai New England. Seusai perang kemerdekaan Amerika, wilayah-wilayah bebas itu kemudian membentuk federasi yang kemudian mereka sebut Amerika Serikat. Masing-masing Federasi baru ini sepakat untuk tetap mengurusi pemerintahannya sendiri-sendiri, meskipun mereka juga harus mengurusi kepentingan bersama. Karena, hal-hal seperti Pertahanan tetap menjadi urusan bersama.

Bagian selatan Amerika yang bergabung dalam federasi, mengembangkan pertaniannya yang bergantung pada tenaga perbudakan. Bagian utara lebih banyak bergantung pada perdagangan dan industri, meskipun tetap menganggap penting pertanian. Karena itu tak ada perbudakan di utara. Sementara, soal perbudakan menjadi isu panas bagi wilayah yang baru bergabung ke dalam Perserikatan, sedangkan rakyat di negara-negara bagian ini belum betul-betul siap dengan soal perbudakan itu. Sementara undang-undang Amerika menyatakan semua manusia sama-sama berhak atas 'kehidupan dan kebebasan untuk memperoleh kebahagiaan', namun juga melindungi hak milik pribadi. Budak adalah milik pribadi. Pendapat bahwa budak merupakan milik pribadi sangat bertentangan dengan pendapat lain bahwa para budak adalah menusia yang juga memiliki hak atas kemerdekaannya. Inilah yang menjadi dasar persoalan bagi orang-orang di seluruh wilayah AS itu.

Sebenarnya banyak segi yang bisa dilihat dari isu ini. Pertama, apakah memperbudak manusia juga adalah sebuah hak? Saat ini, perbudakan sudah tidak dibenarkan di banyak negeri lain di seluruh dunia. Semua orang setuju bahwa jelas tidak dibenarkan mengekang kebebasan orang lain. Namun orang-orang Selatan telah mengeluarkan banyak uang untuk membeli budak-budak. Kehidupan social, ekonomi, dan politik mereka berjalan di atas dasar kepemilikan budak-budak. Jadi, sesungguhnya tak sulit memahami betapa pentingnya praktik perbudakan bagi mereka.

Ada pula sisi politisnya dalam problem kepemilikan budak bagi negeri-negeri Selatan. Bagaimana menjalankan sebuah 'Union States' bila beberapa wilayah terdiri dari 'orang-bebas' sementara lainnya adalah 'budak'? Meski, memang ini yang diinginkan pesaing Lincoln, Douglas. Jelas negeri-negeri Selatan khawatir bila semakin banyak wilayah Federasi yang 'jadi-bebas', maka perbudakan akan jadi benar-benar dihapuskan. Mereka pikir bila ini terjadi, mereka akan bangkrut, baik secara sosial maupun politik. Jalan satu-satunya mungkin harus membentuk dua federal yang terpisah. Tetapi ini pun ternyata tak mungkin.

Segera setelah Lincoln terpilih sebagai Presiden, wilayah Selatan mundur dari federasi. Pada 12 April 1861, wilayah Selatan menyerang wilayah Utara di kota Fort Sunter. Perang Sipil atau 'Perang antara negara-negara bagian federasi' telah dimulai.

Ada perbedaan-perbedaan yang besar antara Utara dan Selatan. Di wilayah Utara lebih banyak populasi kulit putihnya. Mereka lebih maju dalam bidang produksi barang sementara Selatan lebih baik dalam pertanian. Dalam banyak hal, Utara melebihi Selatan, meski militer wilayah Selatan amat terampil, nyatanya perang lebih banyak terjadi di Selatan. Meski mereka lebih baik dalam hal bertempur. Peperangan tidak mudah mereka menangkan. Seperti kita ketahui, setelah beberapa penyerangan, wilayah Utara memenangkan peperangan. Ketika perang berlangsung, Lincoln, tetap mendesak diadakannya pemilihan lagi di akhir masa ia menjabat sebagai Presiden, dan ternyata ia terpilih kembali untuk periode berikutnya.

Pada bulan November 1863, dalam pertempuran Gettysburg, Lincoln menyampaikan pidato, yang dikenang sepanjang sejarah. Ia mengatakan “…lahir sebuah bangsa baru, yang didirikan berdasarkan kebebasan yang menjunjung tinggi pengakuan bahwa semua manusia diciptakan sederajat.” Kata-kata Lincoln di Gettysburg ini memberi dua prinsip kebebasan dan kesamaan – yang menjadi dasar didirikannya negara Amerika.

Lincoln meninggal dengan cara yang tak disangka-sangka. Saat sedang menyaksikan teater bersama istrinya, ia ditembak oleh seorang bernama John Wilkes Booth. Kematian menjemputnya tatkala perdamaian telah sampai bagi Amerika. Mungkin itu merupakan puncak peristiwa yang harus terjadi sebagai tumbal berakhirnya perbudakan di Amerika. Setelah kematiannya, Lincoln dikenal sebagai orang besar, dan cita-cita yang telah ditegakkannya terus dipertahankan oleh seluruh warga Amerika.


Kemiripan Abraham Lincoln dengan Ir. Soekarno

            Selain sama-sama pernah menjabat menjadi Presiden, Soekarno dan Lincoln juga memiliki banyak kesamaan visi yang menjadikan mereka sebagai pemimpin yang sukses memimpin rakyatnya. Apabila pada masanya Soekarno menghadapi penjajahan, Lincoln justru menghadapi perbudakan yang kala itu marak di Amerika Selatan. Sejak kecil Lincoln tak pernah menyukainya sehingga muncul tekad dalam hatinya untuk menghapuskan hal itu suatu saat nanti. Soekarno dan Lincoln juga terbukti memiliki gaya bicara yang sama kharismatiknya. Namun jika Soekarno kerap menggunakannya untuk berpidato menggugah semangat juang rakyatnya, Lincoln menggunakannya untuk membela orang yang tak bersalah di pengadilan, karena beliau memang seorang pengacara.

            Sikap gigih Soekarno yang meski berkali-kali diasingkan dan dijebloskan ke penjara, juga dimiliki oleh Lincoln. Dalam perjuangannya meraih kekuasaan menjadi seorang pemimpin agar bisa berbuat banyak dalam penghapusan perbudakan di negaranya, Lincoln selalu jatuh bangun. Tak terhitung berapa kali beliau mengalami kegagalan, namun beliau tetap bangkit dan berjalan dalam tujuannya meski badai sekalipun berdiri didepan dan menghadangnya.

            Yang terakhir, Soekarno dan Lincoln sama sama merupakan seorang pemimpin yang berhasil memimpin rakyatnya dengan hati. Mereka adalah sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya, yang menganggap dirinya bagian dari rakyat, bukan lapisan yang lebih tinggi di atas rakyat.




Refleksi seorang Ir. Soekarno dalam diri saya

Jika berbicara soal Ir. Soekarno, terlalu banyak yang saya kagumi dari diri beliau. Tetapi, ada beberapa yang memang sangat mendasar diantaranya. Saat ini, mungkin angin kemerdekaan sudah dapat kita rasakan hembusannya secara cuma-cuma, hanya saja dalam beberapa sisi kemerdekaan kita belum utuh. Terlebih lagi dalam menghadapi nilai moral murni bangsa kita yang sudah mulai ditinggalkan akhir-akhir ini. Dewasa ini nasionalisme bangsa kita terutama kaum muda semakin minim. Keadaan pemerintahan Negara kita juga kacau dan sistem pendidikannya masih jauh dari kata efektif.

Melihat semua masalah itu, saya menyadari jika kita belum sepenuhnya merdeka. Sebagaimana Ir. Soekarno, ingin sekali suatu saat saya setidaknya bisa melakukan hal kecil yang bisa membawa bangsa kita melangkah satu kali lebih maju menuju kemerdekaan yang utuh. Saya sebagai bagian dari bangsa ini merasa prihatin menyaksikan bagaimana nilai-nilai dan nasionalisme bangsa kita mulai digerogoti westernisasi. Tetapi saya percaya, jika berpuluh bahkan beratus tahun lalu kita sanggup melewati berbagai masalah, persoalan, bahkan keretakan-keretakan yang menerpa kita, kita masih bisa membangun nasionalisme kita sekali lagi, menghadapi perang tak kasat mata di era ini dan memenangkannya sekali lagi.

Setiap dari diri kita adalah pemimpin, tetapi jikalau suatu saat demi mewujudkan apa yang saya cita-citakan saya diharuskan untuk memimpin, saya akan mencontoh kepemimpinan beliau. Kepemimpinan paling berpengaruh, system paling hebat, yang tak menimbulkan kerusuhan, kekerasan, perpecahaan, apalagi pengkhianatan. Saya ingin menjadi pemimpin yang dekat dengan yang dipimpin, yang mengenal jauh tentang yang dipimpin, dan yang dicintai yang dipimpinnya sebagaimana beliau.


***

No comments:

Post a Comment