Trending Topics

.

.

Tuesday, July 24, 2012

Lima



Inilho Nether-Nesia, beloved pairing saya~ XDD
yang cewek itu, personifikasi Indonesia*masihbelumOfficial*
nah yang cowok of course, Koeningrijk der Nederlanden~


Nether-Nesia, pasti kalo istilah ini cuma para hetafan*terutama yang ngebet nungguin Original Nesia beneran keluar*aja yang tau, tapi kalo Indonesia Belanda, Hindia-Belanda, Netherland-Indische?
Wohoho~ Pasti semuanya tau kan???!!#nodonggolok
sama aja sebenernya, Nether-Nesia adalah pairing yang lumrahnya ditemukan dalam Fanfiksi Hetalia. Nether-Nesia adalah pairing epic yang dipairkan karena memang memiliki latar belakang sejarah yang erat. Nether itu dari Netherland, dan Nesia? yeah.. pasti tau dong, Indonesia.



Sekarang saya tanya lagi, sejarah itu menurut kalian gimana sih?


Oke, cerita dikit...
Waktu kelas 7-8 SMP, saya punya guru IPS*terutamasejarah* yang great banget. Mau tau siapa? Oke, buat yang alumni SMPN 1 Cikarang Utara pasti kenal siapa bu Nanik Purwati. Yosh, beliau ini yang membeberkan panjang lebar ke saya*dkktentunya* sejarah Masuknya Negara-negara Barat ke Indonesia dari jaman Perang Salib sampe Indonesia merdeka, orla, orba, dan reformasi. Beliau hebatnya kalo lagi nerangin itu selama dua jam pelajaran nonstop ngomong di depan kelas dengan begitu berapi-api. Buat saya yang seorang Historyfreak ini otomatis, ikutan berapi-api, tak peduli seberapa ngantuk teman-teman saya yang lain dibuatnya kala itu. Jadi beliau ini yang tambah membuka lebar kecintaan saya terhadap sejarah dan juga memberi saya gambaran yang konkrit setidaknya secara sederhana tentang sejarah cikal bakal bangsa ini dari nol sampai sekarang. Beliau yang menumbuhkan nasionalisme hingga selebat ini pada diri saya. Pokoknya, salam kangen lah, buat my beloved teacher semasa SMP ini~


Oi, teman-teman~
itu cukup membuktikan bukan bahwasanya paradigma sejarah yang melekat di pelajar Indonesia ini kurang lebihnya merupakan pelajaran jadul yang ultra ngebosenin. Itu yang mau saya ubah. Saya ingin suatu saat orang melihat sejarah sebagai ilmu yang nggak kalah penting sama eksak eksak bala bala itu. Dan harusnya masuk UN gak cuma buat anak IPS, tapi juga anak IPA. Kapan bangsa kita mau jadi bangsa yang besar coba kalo generasinya sendiri nggak dididik untuk menghargai sejarah bangsanya. Yang melulu pelajar negeri ini kejar hanya nilai sempurna di ijazah bukan kepuasan hati leganya dahaga akan ilmu.

Hasrat untuk merubah paradigma sejarah sebagai ilmu jadul nan membosankan itu gak cuma saya ternyata yang  punya. Diantara kalian yang baca pun pastinya ada yang berpikiran demikian kan? Nah, oke, kalau begitu berati masih ada lagi orang selain kita yang punya pemikiran begitu, Hidekazu Himaruya dan Nobuhiro Watsuki salah satunya yang udah berhasil melakukan sebuah langkah besar dalam usaha memasyarakatkan sejarah.

Oke, langsung saja ke menu utama, berikut saya sajikan...


Lima
"Sepenggal kisah tak terujar, tanya tak terjawab, tabu tak terkuak, yang teruntai di sepanjang tapak jalan yang kita lalui bersama. Kolonialisme, takdir, waktu, juga segalanya tentang dirimu, membaur padu, menyamarkan tapal batas antara dendam dan cintamu."




1. Tipu daya khas arya
Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) dan ketampanan khas arya miliknyalah yang seorang Netherland muda nan miskin *dan harus menafkahi keluarga di kampung halamannya* gunakan untuk menipu seorang gadis kecil manis, kaya raya nan polos dari pesisir khatulistiwa yang waktu itu belum bernama Nesia~

2. Cinta itu rumit
Mari kita lihat lagi, apa niat seorang Netherland? Mengisi pundi-pundi uangnya yang kosong melompong dengan menginang seorang gadis kaya yang polos. Tapi, alih-alih insyaf dan menyadari bahwa yang dilakukannya itu salah besar, Neth malah kesetanan dan mengeksploitasi harta sang gadis kecil yang tak berdosa*dantaktahuapaapa*. Barulah, si gadis khatulistiwa yang mulai menyadari ada yang salah dengan 'tamunya' itu memberontak, but wait! Dibalik pemberontakan, kilatan mata yang saling melontar pandangan membunuh, tak dapat dipungkiri, perasaan ajaib itu perlahan tumbuh.

3. Kita pernah melalui masa indah, sayang
Oke, mari bicara tentang commonwealth. ya.. ya.. negara persemakmuran. Dulu, dulu sekali, cukup banyak negara persemakmuran yang memiliki eksistensi di dunia ini, sebut saja Kentucky, Bahama, Persemakmuran Polandia-Lithuania, juga of course Hindia Belanda atau also known well as Netherland-Indische. Tapi, we know, sampe sekarang in fact, commonwealth yang paling subur itu cuma persemakmurannya Inggris. The British Commonwealth of Nation, yang bertahan dengan banyak anggota dan eksistensi kuat sampai sekarang. Entah bagaimana seorang England bisa membuat negara-negara taklukannya itu berlaku begitu setia padanya~. Oke, cukup.
Tepat mulai 1 Januari 1800, Indonesia secara resmi diperintah langsung oleh ratu Belanda. Sejak saat itu terbentuklah apa yang dinamakan Hindia Belanda. Ketidak akuran sudah mulai tercium. Sepolos-polosnya sang gadis kathulistiwa, ia tetap tidak terima di eksploitasi, dan bagi sang pemuda arya-yang sudah lebih berada hidupnya berkat si gadis kathulistiwa-, 'masih terlalu cepat 1000 tahun bagimu untuk dapat mengusirku dari sini'. Mereka yang sudah terikat, otomatis tak lagi bisa seenaknya saling melepaskan diri. Sambil masih berorientasikan pada kekeras kepalaan masing masing, kedua personifikasi itu perlahan mengakui dalam hatinya bahwa siapa yang ada dihadapan mereka bukan sekedar musuh. Meski penuh kepalsuan dan kepura-puraan, sang gadis khatulistiwa pernah terbuai oleh kharisma sang pemuda, dan si pemuda, of course, 'aku kesini memang karena uang, tapi aku tak yakin apa yang kita lalui setelahnya dan yang membuatku enggan lekas pergi dari sini juga hanya uang'.
Sebagai Netherland Indische mereka juga punya banyak kenangan, salah satunya melaju bersama menjadi tim asia pertama yang melaju ke piala dunia 1938 di Prancis.
Dan, tunggu! Sang gadis punya nama sekarang, pemberian sang musuh tercinta, Indische.

4. Cukup sampai disini (kah?)
1602-1942, 340 tahun lamanya, atau singkatnya tiga setengah abad(tak akan saya sebut 3,4 abad, karena hei, ini bukan matematika) itu bukan waktu yang mudah. Terlebih kini ia bukan lagi Indische kecil si pria, ia Indonesia-begitu katanya-. Tak perduli berapa uang yang mereka hamburkan untuk menggelar sidang cerai*yangsemuanyagagal*, rebutan anak, dan harta gono-gini, juga berapa banyak piring yang pecah, air yang tumpah, meja yang patah, tiap kali rumah tangga mereka bermasalah. Oke, itu ibarat kata Netherland-Indische adalah sepasang suami istri. Tapi apa boleh dikata, dua perumpamaan tadi itu sama saja, kolonialisme jugalah soal cinta, ketika untuk mengarungi sebuah bahtera tak cukup hanya bahagia saja, sedih, luka, pertengkaran, haha.. itu justru bumbunya. Bagaimanapun ributnya, ada hal yang membuat jauh didalam hati mereka sesuatu tak hentinya bertautan.  Dan barulah menjadi sebuah masalah ketika muncul orang ketiga. Di satu sisi, si wanita berpikir mungkin dia bisa bersikap jauh lebih baik padanya, karena tampang luar si orang ketiga pun berkata demikian. Si pria juga berpikir, adakalanya ada yang bisa memberikan yang lebih dibanding semua yang telah ia beri pada wanitanya, mungkinkah ia harus merelakannya? Toh, si wanita kelihatannya merespon baik si orang ketiga. Tapi hei, jika hanya begitu, lantas bagaimana dengan cinta?
Cinta rumit kalian yang telah kalian bagun tiga setengah abad lamanya. Semua hal manis yang pernah kalian lalui bersama, bagaimana?
Yah, tak bagaimana juga... nyatanya si pria melepas wanitanya pergi bersama harapan barunya, dan si wanita hah, meski ragu ia nyatanya tetap berharap pada lelaki asia dihadapannya sekarang.
8 Maret 1942, cukup sampai disini(kah?)

5. Akhir yang sesungguhnya
Berat. Berat rasanya mendapati keputusan yang diambilnya salah. Harapan barunya menyiksanya lebih kejam dibanding pria tulipnya yang sekarang kedinginan di jauh sana. And worse, segala tentang si pria asianya, semua tanpa cinta. Harapan yang buntu. Tiga setengah tahun bagi si wanita tak terkira lamanya. Merdeka, merdeka, merdeka. Hanya itu yang sanggup ia pikirkan. Bukan hendak melupa, tapi kiranya mustahil tulip sialan itu mau menerimanya kembali.
Takdir akan selalu bergerak tanpa bisa dikira. Yah, tak buruk, Tuhan menjawab doanya yang siang malam ia panjatkan. Kehancuran akhirnya menghampiri pria Asia yang gila kekuasaan itu, vacum of power, dan tinggal sedikit lagi bagi si wanita untuk meneriakkan independensinya, menghirup udara yang selalu mahal untuknya, dan merasakan secara nyata apa yang dulu hanya berupa ultimatum yang sering ia lontarkan pada pria tulipnya 'aku akan mengusirmu sebentar lagi, lalu merdeka!'
Terlanjur bahagia, sekarang ia bisa rasakan kebebasannya penuh. Pandai betul Ia menikmati hidup menjanda, atau oke, kau single. Namun, hei... ada yang terlambat. Ketika terlanjur kecewa, takut, dan digandrungi banyak pikiran bahwa cinta lamanya telah penuh-penuh melupakannya, ternyata ia kembali. Kembali ditengah hidup yang tengah ia nikmati. Orientasi pikirannya terlanjur berubah 'Sayang, kau terlambat'. Berapa kalipun si pria minta, wanita yang sudah merasakan berada pada titik ternyamannya itu kokoh pada pendiriannya. Karena sekarang ia tahu, ia personifikasi negara, ia bisa saja bertindak egois namun jutaan rakyat menjadi pertanggungjawabannya. Jika mereka tak ingin maka tak bisa, harus ada sinkronisasi antara rakyat dan negaranya sebagai aspek pokok eksistensi sebuah negara, dan si wanita tak bisa serta merta beridiri diatas keegoisannya untuk kembali ke dekapan prianya lagi. Satu hal yang kini ia mengerti, kata si wanita 'Aku pecinta yang penyendiri, lebih baik mengkhawatirkanmu dari jauh sini dibanding bertengkar denganmu setiap hari, Tulip'.
'haahh... Sinterklas Hitam yang menghampirimu tanggal 5 Desember 1957, tepat ketika aku mengubur kenangan tentangmu dalam-dalam, menghapus ingatan tentangmu dari rakyatku. Meski sesungguhnya semua itu akan tetap terpatri, immortal sebagaimana diriku ini, jauh didalam hatiku, di tempat hal yang tak kita tahu itu selalu bertautan sejak dulu.' 

Dan entah sampai kapan akan terus begitu...
referensi: Wikipedia

EEEHHH...
jamberapa??! setengah satu?! mampus! besok sekolah saya~
Udah dulu ya!!
gimana top five nya? mantap kan?
keekkekekekkekk
yaiyallaaah~#plakk

Jangan pikir yang diatas itu sekedar romance, kalo kalian anggap begitu, oke, tapi ingat, sebenarnya itu adalah sejarah yang menyeret kalian ke alam mimpi selama ini~
So, nggak ada alasan lagi buat tak suka sejarahXDD

Bye bye~ dan tetap cinta sejarah!!

Ik hou van Je:*

Wednesday, July 18, 2012

L.O.S.T

 Ahaha~ baru posting lagi~
Maaf ya yang nunggu nunggu, sayanya jadi jarang apdet gini#lah?
kaya ada yang nunggu aja hohoho



Oke, apa kabar semuanya?
libur udah selesai dan buat para pelajar normal, masuk taun ajaran baru nih
gimana gimana? buku baru? tas baru? sepatu baru? sekolah baru? teman baru? Ospek? wkwkkw
eh, yang naik kelas dua SMA pada masuk IPA apa IPS nih?
Selamat ya, yang masuk IPS, sekali lagi... hiks... SELAMAATTT~
huwee~ bawa aku bersama kalian ke IPS~#plakk



Buat yang kebetulan lagi ada cobaan, nggak dapet yang sesuai sama yang diinginkan, kita senasib dong~*tos*#ngaco. Hehe, sabar aja, meski berat, mari kita menjalaninya sebaik yang kita bisa, berusaha sekuat tenaga, karena Tuhan pasti punya rencana yang paling pas buat kita pada akhirnya, semua akan indah pada waktunya oke?


Dah, cukup openingnya
Sekarang saya mau mulai saja~



Sebenarnya, opening diatas agak nggak nyambung sih dengan titik pusat masalah yang akan saya urai disini, tapi yasudahlah, nggak kenapa napa to?

Sesuai judulnya; L.O.S.T
yang secara harfiah berarti tersesat, kehilangan, kalah
saya akan menulis tentang sesuatu yang kala tak ada membuat saya serta merta langsung merasakan semua komponen L.O.S.T yang saya sebutkan tadi.

Sebenarnya, saya telah memiliki niat untuk menulis tentang hal ini sejak beberapa waktu yang lalu, tapi berhubung sudah mulai masuk sekolah, dan niat saya setelah masuk sekolah adalah untuk sedikit berjuang lebih keras agar prestasi saya membaik di kemudian hari, saya jadi beberapa kali harus menunda niatan ini. Bagaimanapun ini usaha :]


no longer, it can't be standing forever,
 it always become something I scared of, but now I have to face it.

I realized that I've lost you, and all of your role in my story was over...



and you gave this a respons

haha, do you know if I write it for you?
or, you just feel that those words also match to draw the red line of your experience?
Someting about 'back', where I see yours when you're seeing hers~

Okay, just forget it. I have no problem of it now. I have no rights to forbid you doing that, I am nothing between you and her, because someone located in the centre is you, beetwen I and that lady.


My feeling never become something, worse than that, now it's really nothing.

Mungkin ada baiknya begini memang. Tuhan yang atur sedemikian rupa agar monolog-ku soal dirimu ini dicukupkan sampai disini. Kapasitas otakku tak lebih dari manusia normal pada umumnya, terlebih lagi aku seorang yang tak mudah membagi konsentrasi. Cukup membuang waktu dan konsentrasiku padamu selama ini. Sekarang aku butuh konsentrasiku untuk dipakai dalam hal lain. Tak sedikit memang yang kuraih darimu soal ini sampai sekarang-sampai ini sudah benar hilang-. Sia-sia. Memang sia-sia andai kata pengalaman pribadiku tak masuk hitungan. Bagaimanapun, satuan waktu yang teruntai sejak hari itu, hingga panjangnya sudah hampir lima belas musim ini, bukan serta merta satuan waktu yang dapat dibeli dengan mudahnya. Banyak yang terjadi padaku, banyak yang berubah dariku, dan banyak sudah karya hebatku yang lahir oleh inspirasi darimu. Bagaimanapun juga, bunga-bunga kecil di ladang hatiku yang mengering lagi saat ini pernah berbunga lebat, penuh asa dan harapan agar bisa indah selamanya, dan memperindah banyak hal lain disekitarnya meski pada akhirnya tetap hanya berupa harapan. Terimakasih untuk itu, terimakasih untuk tahun-tahun indah itu, terimakasih atas ketidaktahuanmu, keawamanmu soal ini, dan terimakasih untuk kesediaanmu berdiri jauh disana, mematung membelakangiku, dan menjagaku tetap disini, menggila, mencandu sekisah romansa bertokohkan tunggal ini sendiri.Terimakasih, ini menyenangkan! Terimakasih...

Sejak menyadari jika mengakui perasaan ini pada diriku sendiri adalah sebuah langkah yang lumayan berani, aku sudah tahu konsekuensinya. Konsekuensi untuk hidup sebagai anak kecil yang tak tahu apa-apa lagi suatu saat nanti. Karena aku tak yakin aku mampu bersuara soal ini, aku tak yakin ini bisa tersampaikan, jadi aku sudah menebalkan sebisanya mentalku untuk menghadapi kenyataan pahit jikalau aku yang sudah terbiasa hidup penuh warna oleh perasaan terhadapmu ini kehilangannya suatu waktu. Bagaimanapun siapnya, tapi tetap saja, ini... menyakitkan, lumayan.

Aku kehilangan banyak inspirasi, tak ada yang sanggup membolak-balik dan meangkat-banting alur hidupku lagi. Semuanya hanya akan berjalan dengan sepi, damai dan tenang. Tanpa adrenalin, tanpa heartbeat dari jantungku yang selama ini tak pernah absen ketika aku berurusan denganmu. Semua kata puitis yang menggebu-gebu yang banyak kudapati di tulisan-tulisanku yang berlatarkan waktu-waktu indah itu kini terasa asing ketika kubaca kembali. Rupanya karenamu, aku kehilangan diriku yang melankolis dan flamboyan itu~ haha

Ahaahha~ bagaimanapun aku rindu! Aku harap tak perlu menunggu lama sampai kemelankolisan dan keflamboyananku kembali. Tak harus darimu lagi, aku hanya ingin merasakan kebahagiaan itu lagi. Sebelum aku benar benar lupa rasanya, aku ingin banyak menulis kisah romansa lagi. Aku ingin feel itu kembali. Aku tak mau serta merta kehilangan segalanya, hasrat menulisku juga hanya karena memutihnya sang benang merah.

Pergilah, turunlah dari panggung sekeren dan seberwibawa ketika kau naik. Jangan buat aku menyesal telah menunjukmu jadi pemain utama dalam kisahku ini di penampilan terakhirmu, oke, meskipun semuanya hanya berdasarkan keegoisanku. Turunlah sana, sambut fansmu yang telah menanti dengan senyum hangat mereka. Kembalilah ke tempatmu, ke hutan rimba dimana kau mengejar lady bangsawan itu. Sukses ya, jangan menyerah hanya karena satu dua kali terjatuh. Aku tak akan bilang yang seperti di film-film romance misalnya; Aku bahagia asalkan kau juga bahagia~
haahahahhahaha#akutakbisaberhentitertawa
itu terlalu naif. Kata siapa aku bahagia jika kau suatu saat juga bisa bahagia dengannya? Yang ada aku pasti iri duluan. Mengapa kau bahagianya harus dengan si Lady itu haha. Tapi setidaknya, aku merasa puas, Man! Kesediaanku mencukupkan kegilaanku sampai disini, berhenti, mengikhlaskanmu pergi dengan membawa serta segala perasaan yang sudah hampir setengah nyawaku ini turut serta mengejar si Lady itu bersamamu, semuanya tidak akan sia-sia jika pada akhirnya nanti kau bahagia, Man!

Terimakasih, kau telah mengisi masa ketika Naoya-ku belum tiba. Kiranya kau tahu, jangan khawatir. Meski agak sepi, kurang lebih aku berada dalam penantian yang bahagia. Sebentar lagi Naoya-ku pasti akan tiba. Dan ia akan tetap jadi yang teristimewa, meski sialnya kaulah yang pertama...



Au Revoir~
beritahu aku kalau kau sudah dapatkan Lady-mu! Mungkin kita bisa double date.
Menjajal lagi sedikit pedih luka lama pasti menyenangkan ><

Tapi tak akan sesakit ini karena ketika itu aku punya Naoya :D

Friday, July 06, 2012

Sebatas Hanya di Bibir Saja




Hey hey~ Apa kabar semuanya? Monsieur, mademoiselle~
Saya harap semuanya sebaik saya hari ini :D
Lagi lagi, Author membawa kejanggalan kehadapan anda sekalian, of course I’m talking about the tittle, sounds so old isn’t it?

Hohoho… jika anda adalah para penggemar Indonesian Songs jaman 70-90an, para penikmat hasil sastra periode balai pustaka, Abdoel Moeis Lovers(?), Marah Rusli Holic(?), mungkin anda nggak akan sampe keselek baca tulisan yang diatas.

Yeah, sastra memang lebih mantap kalo pake style jadul, lebih kerasa seninya… -ariniad-

Saya setuju se tuju tujunya!(?)
Tapi, apa tulisan ini merupakan sastra?
Saya ndak yakin, mungkin ini lebih pantas disebut sebagai, unek unek hati berisikan sugesti untuk introspeksi diri
Hehe, saya memang hobi mensugesti orang lain, itu bakat alami saya wkwkw*bakat macam apa?!* secara, Menteri Propaganda Tjoeploek gitu loh><



Ingin buktikan, apa sebenarnya genre dari tulisan ini?
Silahkan baca dan saya tunggu jawabannya di komen :D


Hem, jadi saya akan memulai kelas sugesti ini dari satu pertanyaan sederhana. Pertanyaan simple nan unyu yang biasa menghiasi kertas soal test wawancara English Conversation kelas Beginner. Yaitu,

Tell me, Where is your dream place?
*Sound effect: cringcringcring*

Kalo pertanyaan itu sampe ke saya, saya punya berbagai jawaban sesuai dengan tingkat kematangan usia mental saya.

Umur 2-3 tahun:

Istana tuan puteri nan indah, dengan pelangi yang tak pernah hilang dari langitnya. Alat transportasi utama berupa kereta kuda, dengan pakaian penduduk sipil berupa baju wajib pesta ulang tahun balita*ituloh, gaun-gaunan macam begitu haha*. Ada taman yang cantik di setiap sudut istana dimana tumbuh bunga bunga ajaib penuh glitter yang bisa bicara, disana semua boneka saya juga bisa bicara dan bisa saya ajak main, sayuran di piring pun bisa bicara, ah, cukup. Imajinasi anak kecil selalu gila.

Umur 5-6 tahun:

Sebuah rumah kayu dengan perapian ditengah hutan dengan sungai yang mengalir tenang dan airnya jernih. Udara yang bersih, rumput hijau, hutan lebat yang penuh warna. Semua bahan makanan bisa diambil sesukanya dari hutan, dan hewan hewan bisa bicara.*lagi-lagi*

Umur sepuluh tahunan:

Sebuah mobil trailer yang amfibi. Di dalamnya ada banyak fasilitas yang tingkat kelengkapan dan kenyamanannya serupa rumah. Mobil itu bisa dibawa keliling dunia karena bisa berenang, bahkan terbang. *apakah ini dream place? Silakan tanya pada diri saya enam tahun lalu ini*

Umur 11 tahunan:

Sebuah komplek peternakan dengan banyak kuda. Sebuah rumah didalamnya dengan gaya country, transportasi utama berupa karavan dan kuda tunggang, memiliki kolam renang dan sungai kecil yang mengaliri semenanjung peternakan. Memiliki taman bermain dengan bianglala dan carrousel pribadi didalamnya, dan jangan lupakan, ini legendaris, Rumah Pohon. Yah, begitulah, nyaman~

Umur 13 tahunan:

Oke, ceritanya akan mulai dari sini.
Hem.. saya mulai membuka mata soal dunia, sehingga dream place bukan lagi tempat antah berantah yang penting bersuasana sesuai kehendak saya, melainkan memiliki latar konkrit yang berlokasi di salah satu petak tanah di bumi ini. Yeah, saya jatuh cinta pada kota Paris, Prancis. Hello, ada yang nggak kenal? Pasti nggak punya tv haha~

Pasti kenal lah~ Kenapa saya jatuh cinta sama ini kota? Secara beuh.. Romantis buanget ><, selain itu, la tour Eiffel nan megah, atmosfernya yang bikin kita serasa jadi bintang pelem drama romens kalo kita ada disana. Kota yang tentram dan kondusif, pastry shop yang mantaap, coffee shop kelas prima, dan florist juga gerai lukisan yang bertebaran di sana sini. Selain itu, yang nggak boleh dilupakan, ini kota Fashion! Dimana di sepanjang Champ Elysees, siap-siap ngiler kalo nggak punya uang, secara Dolce Bagana, Louis Vuiton, Gucci, uhuyy~

Selain itu, warganya tau betul apa itu seni :D
meski saya dapat beberapa trivia kalo mereka itu agak kurang ramah sama orang asing karena, menganggap nggak perlu buat ramah sama orang asing, secara para French itu darah biru~

Yang penting mereka betul tahu apa itu keindahan xD
Dan lagi, soal sejarah… Ada sebuah kutipan, yang menyatakan bahwa

Paris adalah latar untuk tiga hal saja, Fashion, Revolusi, dan Cinta -Jeanine Basinger-

Haha, benar memang. Dan sejarah dunia mungkin nggak akan terdengar secemerlang sekarang tanpa adanya eksistensi kota Paris yang melatar belakanginya. Berbagai kisah terkover baik disana dari ‘Rongsokan Fenomenal’ seorang Gustaf Eiffel, gerbang kemenangannya Napoleon, sampai Monalisanya DaVinci yang masih chubby sampai sekarang#plakk
I’m not kidding ><V

Semuanya punya nilai sejarah yang dijaga dengan baik. Para seniman punya ruang apresiasi yang luas dan intuisi seni masyarakat lebih dihargai. Itulah mengapa industri kreatif lebih merajai perekonomian dibanding industri pengolah sumber daya alam atau elektronika.

Dan begitulah, bagaimana ceritanya seorang Yuanita Wahyu Pratiwi bisa terpesona lantas jatuh cinta pada Paris.

Tapi, sadarkah kita bahwasanya ‘Dream Place’ itu punya arti lain? Sekarang definisi yang timbul di kepala saya justru lebih dominan ke arah yang berbeda. Dream Place bisa dibilang adalah tempat impian dimana nantinya, apabila sudah mencapainya, nggak sejengkalpun kita ikhlas beranjak dari sana. Dan saya rasa Paris dalam konteks ‘Dream Place’ saya bukan yang seperti itu. Itulah mengapa keyakinan saya soal Paris mulai transparan. Paris, memang bukan ‘Dream Place’ bagi saya itu lebih sebagai ‘A Dreamy Place Where I will Go for Someday’

So, sekarang kalau ditanya ‘Dream Place’ saya harus jawab apa? Nanya lagi gitu ke tutor-nya bahwa ‘Dream Place’ yang anda maksud itu yang bagaimana. Sepertinya tidak perlu.

Paris adalah sebuah tempat yang ingin betul saya kunjungi seberapapun mustahilnya. Niatan saya kesana bukan untuk menjual kewarganegaraan, cari suami bule Prancis yang kece, mendulang Euro, apalagi sampai lantas berdomisili dan lupa sama negeri sendiri mentang-mentang kondisi kita punya rumah ini kian memprihatinkan saja kian hari. Bukan itu. Saya kesana sekedar ingin plesir, melegakan dahaga saya akan keingintahuan terhadap salah satu tempat legendaris itu, merasakan atmosfernya, mengabadikannya dari sudut pandang saya dalam sebuah karya, dan mempelajari banyak hal dari mereka. Terlalu jahat kalau sampai kita mendustai identitas diri dengan kabur kesana lalu melupa. Jika setelah kita dibesarkan di negeri ini lalu kita kabur ke negeri lain tanpa kembali, akankah kita biarkan negeri ini nantinya menua bersama orang tua kita, tanpa terurus dan terregenerasi lagi. Jika begitu bukankah keadaannya hanya akan semakin buruk dan tenggelam?

Saya menulis ini lagi-lagi bukan tanpa alasan. Beberapa tahun yang lalu, ketika saya mengemukakan keinginan saya untuk ke Paris dihadapan anak-anak lain seusia saya, mungkin mereka tak terlalu mendalami maksud saya. Lantas mereka pun berbondong bondong menemukan dream place mereka sendiri setelah mencap saya sebagai calon emigran lupa diri. Dari Swiss, Jerman, sampai yaampun, mirisnya, KorSel, hanya karena para boyband yang menari-nari haah~

Dan impian mereka, bukan sekedar seperti saya, tapi juga ingin berkehidupan disana. Melanjutkan nafas sampai tua di negeri orang. Oke, saya tahu saya samasekali tak berkepantasan untuk mengkritik impian siapapun, tapi… ini membuat hati saya sendiri khawatir. Khawatir jika bibit-bibit yang tengah ditanam ini hanya dandelion-dandelion yang akan memperindah tanah lain. Khawatir jika kegersangan dan ketidak suburan yang menyertai mereka tumbuh, yang mempersulit pertumbuhan mereka hanya akan membuat mereka mengenang masa tumbuh di negeri ini sebagai masa suram yang harus mereka tanggalkan secepatnya dengan eksodis ke tanah yang lebih makmur.
Soal negeri yang menua, saya berfikir tentang suatu yang hampir jadi ketetapan. Bahwa gelombang urbanisasi dari penduduk desa yang berbondong bondong mencari pencerahan kehidupan ke kota sudah menjadi fenomena. Kehidupan itu pasti berkembang kan, saya pikir, mungkin nggak akan mustahil kalo urbanisasi generasi kita adalah emigrasi ke luar negeri. Liat deh, kalau orang tua kalian juga pelaku urbanisasi. Gimana keadaan kakek nenek kalian dan desa mereka di jauh sana? Sepi? Haha pasti kan? Sampai sampai harus ada program transmigrasi buat mengisi itu kembali. Jika orang muda semuanya urbanisasi, yang tersisa tentu hanya penduduk manula yang udah nggak produktif lagi, jika sudah begitu mustahil pembangunan bisa berjalan merata. Buat kalian yang berfikiran buat eksodis hanya karena nggak puas atau bahkan kecewa sama keadaan negara kita yang sekarang, tolong fikir lagi. Apa kalian mau jika Indonesia suatu hari hanya tinggal tanah usang para manula?

Dari pengakuan para dreamer itu soal Dream Place mereka, mereka bilang mereka tetap sih cinta Indonesia. Tapi, cinta itu nggak akan ada gunanya jika sebatas hanya di bibir saja kan? Cinta memang tumbuh dari perasaan, tapi cinta diregenerasi dan dikukuhkan lewat perbuatan. Dan eksodis ke negeri orang, lalu melupakan identitas lahiriah sebagai seorang WNI itu bukan standar yang pantas ditetapkan sebagai cinta.

Yang terakhir, saya minta maaf jika bicara terlalu banyak. Saya juga minta maaf jikalau racauan saya terlalu lancang dan terlalu menggurui. Niatan saya sungguh bukan begitu. Saya cinta negeri ini, dan hanya prihatin jika perlahan ditinggalkan generasi yang akan datang hanya karena kesalahan kesalahan padanya yang tak kunjung bisa diperbaiki. Jika bukan kita siapa lagi yang bisa mengambil tindakan untuk memperbaikinya? Meski butuh banyak usaha, menikmati kegemilangan diatas jerih payah lebih berharga tentunya daripada menerimanya secara instan. Dan keadaan yang seperti sekarang ini, terutama oleh dampak reformasi, dimana pers diberi kebebasan, lihatlah, jadi begitu banyak lembaran buku sejarah yang menunggu untuk ditulisi nama kita. Banyak sekali peluang untuk dapat meraih kegemilangan bukan hanya pada satu masa.

Dream Place yang sesungguhnya bagi saya adalah rumah, karena sejauh apapun saya pergi, selama apapun itu, saya hanya punya satu tempat kembali, Rumah saya sendiri.

Sebagai pembasuh jiwa nasionalisme kita yang kian gersang, ada dua lirik lagi di bawah ini yang saya persembahkan untuk menutup racauan saya malam ini.

Indonesia Pusaka

Indonesia Tanah Air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
tetap di puja-puja bangsa
Disana tempat lahir beta
Dibuai, dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata…


Tanah Air

Tanah air-ku tidak kulupakan
‘Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh,
tidak ‘kan hilang dari kalbu
Tanah-ku yang kucintai, Engkau kuhargai…

Walaupun banyak negeri kujalanai
Yang masyur permai di kata orang
Tetapi kampung, dan rumahku
disanalah kurasa senang
Tanah-ku tak kulupakan… Engkau kubanggakan…

Resapi deh, maknanya dalem kan? ^^




Ps: Saya ngetik sendiri lho~ nggak coppas ><V
Seriusan~~
Hebat kan masih apal? Hohoho…
Akan selalu apal tentunya, wong ada itu di Playlist Winamp saya :D



Selamat Tengah Malam
Yuanita WP

Thursday, July 05, 2012

Desire of being a Writer

Selamat tengah malam semuanya~
memang, saya menulis post ini dengan latar waktu tengah malam

Kenapa harus tengah malam?
memang nggak bisa kenapa tidur dulu lalu melanjutkannya esok pagi?
Nggak takut hujan typo mbak?

hoho, mungkin itu yang ada di fikiran anda sekalian, tapi... sengantuk apapun, saya ingat saya pernah bilang kalau...


"Inspirasi tak tentu datang dua kali"

Jadi begini, ini malem, tepatnya malem kamis 5 Juli 2012, saya yang lagi mantengin blog sawangan ini tiba-tiba kangen sama FFn dan lantas, membukanya. Awalnya sih, jalan-jalan biasa di fandom langganan, baca-baca, review, liat karya-karya para senior udah pada sampe sejauh mana gitu. Eeh, tapi beberapa saat kemudian, kenarsisan saya muncul dan memprofokasi otak agar mengendalikan tangan saya untuk mengetik beberapa kata di kolom search. Yap, beberapa kata yakni

"Op de Pasar Malam",
debut saya di FFn

Nyahaha~ saya beritahu sedikit bocoran deh tentang saya#gakpentingbanget
Buat kalian nih ya, yang demen cekrak-cekrek di depan kamera hape, mengoleksi ribuan potret wajah kalian dengan berbagai mimik dari berbagai sudut pandang, lalu upload disana sini dan di-like banyak orang, itu masih bukan narsis sejati men!

Narsis sejati itu, semacam begini. Oke, nggak masalah nggak demen cekrak-cekrek di depan kamera, tapi memuji diri sendiri-meski kadang cuma berupa candaan atau lawakan aja-, gak pernah pesimis soal karya yang udah kita hasilkan sendiri, punya rasa percaya diri yang tinggi, dan yang penting, berdedikasi tinggi buat mengatakan dengan jujur dan lantang bahwasanya

"I'm the fans of my self"

Saya baca tulisan-tulisan saya sendiri sampe hapal diluar kepala dan sampe bosen. Selain itu, saya juga pasang banyak gambar hasil coretan tangan saya sendiri di kamar saya. Layar desktop saya juga pake background gambar saya sendiri. Inilah apa yang disebut narsis yang membangun! Karena, jika bukan kita, siapa lagi yang mau mencintai diri kita sebesar ini? ya 'kan?

Oke, kembali ke topik. Jadi, niatan saya buka lagi story lama saya yang kurang lebihnya saya tulis setahun yang lalu itu ya buat liat liat lagi. Meskipun saya tahu nggak bakalan ada yang berubah dari sana. Tapi, ternyata saya salah duga. Ada, TERNYATA ADA yang berubah dari sana, apa? ini dia...



Yeah, review yang terakhir kali saya check cuma ada 12, ternyata nambah jadi 13 saudara saudaraaa~
hem, bagi para FFnista kawakan, mungkin tiga belas biji review hanya lelucon, tapi bagi saya yang seorang newbie gak jelas ini... tiga belas rievew sungguh merupakan anugerah*clingcling*
Apalagi, saya beruntung memulai debut di fandom yang meski gak seramai Naruto, tapi sangat konserfatif. Bisa dibilang, fandom Hetalia Axis Power itu berbobot, meski banyak juga yang bilang ini fandom yaoi#pisss ><V

yang jelas, saya cinta tanah air beta ini~ Author-authornya itu kawakan, meskipun diantara mereka banyak yang nggak se-ngetren Author di Naruto, atau Inuyasha, mereka pasti punya skill yang jelas mumpuni di bidang tulis-menulis. Jadi, fanfic bukan semata pelampiasan atas sebuah hobi, tapi juga perwujudan karya seni yang dikemas secara ringan dan mudah dinikmati. Nggak jarang, fanfic-fanfic di Fandom Hetalia itu memuat cerita-cerita dengan bobot tinggi yang dalam proses pembuatannya memerlukan riset tersendiri. Saya pun begitu, meski riset yang saya lakukan itu nggak seberapa, hanya biasanya mencari info tentang tempat yang menjadi latar cerita saya agar dapat saya deskripsikan dengan cukup gamblang dan mencari info sejarah yang akan disisipkan sebagai trivia atau latar belakang cerita. Bahkan ada cerita yang muatannya benar-benar berat, sampe melibatkan sastra kuno dan penggambaran peristiwa sejarah yang pelik. Yah, pokoknya, banyak lah author yang 'serius' di fandom APH ini. 

Itulah mengapa saya cinta fandom ini dengan amat sangat~
Karena selain sekian banyak alasan diatas, fandom ini juga memberi saya ruang yang baik untuk menumbuhkan minat menulis saya, misalnya soal review. Saya banyak dengar soal flame, dan kerusuhan-kerusuhan yang lain yang terjadi di fandom lain, tapi sejauh ini untung saya belum pernah mengalami itu di APH. review yang saya terima justru.. itu... aah... bikin nangis~ Dari mulai ucapan selamat datang, pujian, sampai kritikan yang benar-benar kritis, jeli dan membangun. ><d

Dan sang review ketigabelas inilah juga yang membuat saya nekat nulis tengah malem begini. Berikut reviewnya


nggak bisa kebaca? mungkin bisa diperbesar, silakan kalo penasaran#kalo nggak yaudah
wkwkkwk

Rasanya itu... haaah...
ada desir tersendiri saat membaca review
pastilah, ada malunya, ada juga senengnya, ada banyak malah senengnya
apalagi, kalo sang reader dari reviewnya bisa menangkap betul apa yang kita maksudkan dari cerita kita tersebut. Nothing more exciting lah...

selain itu, ada review yang nggak akan saya lupakan seumur hidup saya. Yosh, secara ini review pertama bagi seorang amatir yang buta tulis menulis yang tengah mencoba meniti karir lewat dunia fanfiksi ini. Dan, trully, ini bikin saya nangis terharu~ meskipun ada malunya juga, abis bisa-bisanya gitu saya salah nulis konbanwa jadi kobanwa haaha~
Saya juga inget, baca review ini pas subuh-subuh abis sahur Ramadhan tahun lalu. Yang bikin saya lebih terharu lagi, ternyata sang reviewer ini bukan orang sembarangan dan saya sempet sedikit berkenalan dengan beliau(?) xD


selain itu, aku juga nggak bisa nggak cerita soal jasanya Nagisa Yoriko-senpai yang udah dengan baik hati mem-beta Op de Pasar Malam saya. Beliau juga review di Witte Kerst *fic kedua saya* dan pernah bilang kalo fanfiksi saya sempet masuk nominasi penjurian di IFA. Sayang, gugur gara-gara teknisnya masih amburadul. Tapi, gak papa... itu sudah merupakan, pencapaian yang luar biasa buat seorang amatir macam saya, dan saya nggak akan bisa apa-apa tanpa kalian semuaa~ (TTATT)

Kayaknya, cukup sampe sini aja ya, ceritanya. Hehe, udah kelewat malem banget sih. Oke, sebagai penutup saya akan berikan penjelasan mengenai kenapa saya nulis ini.

Semua itu, nulis, menerima review, kenalan sama orang-orang hebat, itu bukan hal yang main-main buat saya. Dan saya merasa sungguh sangat beruntung pernah mengalaminya. Mungkin ini juga yang saya jadikan pertimbangan soal profesi yang akan saya geluti nantinya. Saya fikir jadi penulis pasti bukan ide yang buruk. Itu bukan lagi hanya cita-cita buat saya sekarang. Lebih seperti sebuah tekad bahwa jadi apapun saya nantinya, saya akan tetap berusaha untuk setidaknya menerbitkan satu buku karangan saya sendiri. Karena semakin kesini, saya kira saya semakin kecanduan menulis. Menulis bukan lagi sekedar hobi buat saya sekarang, tapi juga perantara buat saya untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran kritis saya ke hadapan publik. 



I love writing, and of course...
the desire of being a writer!

Tuesday, July 03, 2012

Run for Love

Sport, kesannya pasti langsung laki banget =3=
tak perduli hampir dalam setiap cabang olahraga itu pasti ada kategori ceweknya

Dan apabila disandingkan dengan romance story baik dalam seni pertunjukan, buku, ataupun seni rupa, meh, harga diri romance-romancean pasti langsung anjlok tujuh belas level*emangsaham?!* dan lantas bercap cengeng dan feminim seketika. Tapi, bagaimana apabila kedua hal yang kurang lebihnya berlawanan itu dipadukan? Kira-kira kombinasi semacam apa yang mereka hasilkan? Hey.. tak semua hal yang berdampingan itu mesti sama dan sewarna kan? Sesuatu yang berlawanan justru bisa menciptakan kombinasi yang hebat dan kecenderungan untuk saling melengkapi, saya rasa begitu..

Baiklah, tanpa banyak basa-basi lagi berikut saya akan mempersembahkan kisah-kisah yang sekiranya dapat membuktikan bahwa Sportlife dan Romance adalah sebuah kesatuan yang selaras~



Sparkling Love Story of Ricardo Kaka

Kaka, siapa yang gak kenal Kaka? Para adek pun pasti punya Kaka#ngelawakluwan?hiks
Oke, saya akan serius. Seperti apa yang saya katakan, siapa pula yang nggak kenal pesepakbola asal Brazil ini. Yang sekarang merungkut di salah satu Club terbaik dunia, Real Madrid, meski sama Mou, udah jarang dimankan. Mungkin karena faktor usia, Kaka-pun nyatanya sekarang udah sering cidera. Oke, kenapa jadi bahas Real Madrid?
Dilansir dari pengetahuan saya yang teramat minim soal dunia sepakbola berikut trivia-trivianya, saya pernah dengar selentingan kisah wonderful dari laki-laki kelahiran 22 April 1982 ini. Ehm, sebagai seorang football player kelas atas, seorang Kaka pasti dong punya banyak fangirls, hidup dekat dengan kemewahan, dan lifestyle yang 'nggak sehat'. Tapi salutnya, seorang Kaka itu religius banget dan semua itu nggak membuatnya goyah untuk lantas berbuat diluar kendali norma agama yang sudah ia pegang teguh sejak kecil. Sampe akhirnya memutuskan untuk nikah sama Caroline Celico, pacarnya ya cuma satu, yakni Carol sendiri. Gaya pacaran mereka pun nggak 'panas' semacam kebanyakan orang sana pada umumnya.
Carol sendiri juga orang yang sepaham sama Kaka. Carol dikenal konservatif soal berpakaian, nggak pernah main 'buka-bukaan'*apaankali*, dan itulah mengapa media lebih kenal Carol murni dari kecantikannya, bukan anything more like hotness. Sampe sekarang, mereka hidup bahagia dengan anak pertama mereka yang lahir tahun 2008 lalu*beritabasi* dan anak kedua mereka. Saya juga pernah denger kalo Kaka, selepas main sepak bola, mungkin kalo udah gantung sepatu nantinya, mau mengerjakan sesuatu yang bisa memberi kontribusi terhadap agamanya, sedang buat Carol yang setia, tentunya ia sangat mendukung. Kaka selain main sepak bola juga ternyata ada bakat di dunia tarik suara. Ia pernah buat album duet sama isterinya yang lagunya ia tulis sendiri khusus buat Carol.*weeww..*

Yak, itulah pemirsa. Kisahnya Kaka mungkin bisa menyadarkan kita kalo..  "Someone good will find Better, and Someone Better, will find the Best"


Jangan sesenggukan terharu dulu*iloy*, mari kita lanjut ke lembaran kisah yang selanjutnya~~*terbangbawaharpa*


Fairytale of Casey Stoner and his Cinderella

Dari lapangan, mari kita pindah ke sirkuit. Oke, pokok bahasan kita kali ini tak lain dan tak bukan adalah seorang rider. F1? bukan. Gokart? Bukan lah.. Perahu Naga? Apalagi, emang perahu naga pake sirkuit =3=
Ceman-ceman, rider yang akan saya bahas ini adalah Rider Moto GP asal Australia yang pernah juara dunia 2 kali dan memenangkan 35 race. Siapa lagi kalo bukan Casey Stoner~
Lantas apa hubungan beliau(?) dengan Cinderella? Heheheh.. cuma akal akalan saya doang kok#Plakk masalahnya gini lho, love story mereka itu. Seorang Cinderella yang mendambakan pangeran kan nggak ubahnya sama seorang fans yang mendambakan idolanya. Nih, bayangin ya? kalian misalkan mengidolakan seseorang, nah terus, suatu ketika orang itu beneran bisa kalian dapati ada disamping kalian, mendampingi kalian secara nyata! Pasti rasanya dreamy banget kan? Bahkan demi stabilitas jiwa, biasanya kita hanya sekedar fangirling, dan membatasi untuk tidak berandai-andai terlalu jauh karena peluangnya bisa dibilang nol besar. Orang dia kenal lo aja nggak~#plakk
Tttapii.. inilah yang terjadi pada Adriana, awalnya, Adriana adalah seorang fans fanatik dari seorang Casey Stoner, tapi namanya jodoh, rejeki banget Tuhan mempertemukan mereka dengan cara yang begitu manis, jadilah, magnet beda kutub yang ada di dua dimensi berbeda itu akhirnya dipersatukan.
Adriana sama Casey Stoner nikah di usia yang bisa dibilang sangat-sangat muda, yakni Adriana 18 tahun dan Casey 21 tahun. Tapi, well sampe sekarang, nyatanya keputusan mereka buat nikah nggak sekedar kenekatan anak muda belaka. Bahkan, setelah kelahiran putri pertama mereka, denger-denger Stoner mutusin buat hengkang dari sirkuit. Yah, mungkin dengan banyak pertimbangan juga, secara resikonya gede banget buat menggantungkan hidup di lintasan balap. Yosh, semuanya terserah mereka saja sebagai yang menjalani#yaiyalah, apa urusanlo?

Saya hanya sekedar mengagumi kisah mereka yang bak dongeng ini, begitupun dengan anda kan?~



Iker Cassilas Fernandez's Story from Football Pitch

Jangankan buat orang yang memang menggandrungi sepak bola, buat yang awam juga pastinya taulah soal orang(?) ini. Yep, Iker Cassilas Fernandez yang dengan bangganya saya menyatakan bahwa tanggal lahirnya beliau(?) sama kayak saya, 20 Mei ekkekekek..*lahterus?!* Haha, hanya faktor kebetulan sih, toh nggak mungkin kami berdua kembaran, usia kami terpaut jauh bung~*jiah,gayalu* Terlebih lagi, pamor seorang Cassilas tambah melejit setelah baru kemaren nih, saya begadang buat menyaksikan langsung sang kapten dari Nankatsu*lukataWakabayashi?!* eh, Spain National Team mengangkat Throphy Euro 2012 hohohoho~
Pokoknya, yang liat dia di lapangan,*lapangan mana? lapangan tembak senayan? lukira baso* pasti akan terperangah sama kemampuannya dalam menjaga gawangnya tetap perawan(?). Yosh, akurasinya ituloh, mantap ><d*kyaa#plakk* Dan bukan cuma akurasi, seorang Cassilas itu yang patut diacungi jempol juga ialah profesionalitasnya soal aksinya di kolong gawang. Mungkin ini juga yang jadi sebab kenapa Cassilas itu jadi kapten baik di Real Madrid FC*clubnya* maupun di timnas Spanyol, padahal dia kan kiper. Padahal kan nih ya, Kapten itu biasanya striker gitu, semacam yaah.. anda para otaku pasti kenal, Tsubasa Ozora#dasarotaku -_-
note: maaf, saya otaku, jadi ngomongin apa juga pasti dibawa nyambung nyambungnya ke anime lagi, ke anime lagi~ 
Oke, baleek~
Kenapa Cassilas bisa segitunya dibilang professional? Karena yaah.. konsentrasinya itu nggak mudah banget buyar, nggak kayak saya*dih-_-*. Secara nih ya, waktu di Worldcup South Africa kemaren, ketika dia tengah berjuang di medan rumput, mengawal gawang, dua meter dari titik tempat dia berdiri, berdiri juga seorang Sara Carbonero yang nggak lain adalah pacarnya sendiri. Ih waww.. kalo orang laen, bisa dadah dadahan dulu kali ye?#ngaco
Bahkan, untuk sekedar tersenyum atau menoleh pun nggak. Tapi, yaah.. kita nggak tahu juga sih, dalam lautan tiada yang kuasa terka, begitupun dalam hatinya Cassilas gak ada yang tahu kecuali dia dan Tuhan. Mungkin juga, selama pertandingan, dikarenakan posisi berdiri Sara yang pas dipinggir lapangan, kemana tembakan-tembakan kenceng menuju gawang kerap nyasar, tiap ada bola ditendang keras kearah situ jantungnya Cassilas deg-degan sendiri, khawatir berat, 'aduh, ntar kalo pacar gua kegebok bola keras gimana? bisa pingsan dia' wkwkwk oke, boleh diabaikan, ini hanya fanfic :D
Sampe-sampe pernah ada wartawan inggris yang memojokan Sara Carbonero dan menuding bahwa ia merusak konsentrasinya Cassilas semasa Worldcup 2010 kemaren. wkwkwk kiperlo kali yang konsentrasinya rusak, England, liat aja bola udah ditangkep kok malah digelindingin ke gawang sendiri*didorongdarimenaraLondon*
Tapi, yah itu memang kenyataan dong, pers Spanyol sendiri malah nggak ambil pusing soal itu, toh nyatanya performa Cassilas emang tak terganggu.
Hey, sudah bicara sebanyak ini, lantas tahukah anda kenapa saya masukkan kisahnya Cassilas ke kategori ini? hm?
Gak tau? okelah, saya kasih tau. Gini lho, seorang Cassilas yang pemain sepakbola dan Sara Carbonero yang seorang reporter olahraga pacaran, jelas men, romancenya nendang(?). Liat aja kayak Tsubasa sama supporternya itu, yang setia ngedukung dia dari masih di tim ecek ecek, yang akhirnya kebawa cinlok. Ya, Cassilas juga gitu, sementara di lapangan itu cinta mereka disatukan dan tumbuh kian besar, di lapangan itu juga mereka dituntut untuk menjaga profesionalitas mereka, dilema yang tentunya nggak akan mudah diatasi begitu saja kan. Tapi meski dituntut profesional, intensitas pertemuan gak sengaja mereka juga pastinya sering kan, saling memandang meski hanya dari kejauhan, saling memikirkan dan mengkhawatirkan, dan menjadi pelipur duka sekaligus orang yang diajak membagi kebahagiaan. Kehadiran seorang Sara Carbonero pastinya jadi support yang luar biasa bagi Cassilas. Lagian, kalo kekalahannya dilaporkan sama pacarnya sendiri nggak elit juga 'kan? jadi harus menang~

ah, trivia nih, info apdet, makanya dengerin! Mereka kabarnya bakalan nikah dalam waktu dekat ini lho, selepas Euro katanya~
yaah.. selamat berbahagia kalo gitu XD


Baiklah pemirsa sekalian, sekian laporan dari kami
Saya Yuanita Wahyu Pratiwi, beserta sekalian crew yang bertugas melaporkan
See youuu~~