Ini postingan papperwork yang kian lama tak saya update lagi, abis tugas saya jarang yang seru sih -_- kan males juga kalo laporan praktikum fisika dipost disini haha :D
yasudah, ini salah satu pidato tersukses saya lho, dan yeah, saya rasa saya cukup suka berbicara di depan banyak orang :D Semoga bisa memberi inspirasi anda untuk berpidato dan tentunya semakin mencintai negeri ini XDDD
Membangun Karakter Bangsa
dengan Rasa Bangga
Assalamualaikum
wr.wb.
Yang terhormat
Bapak Kepala Sekolah,
juga Dewan Guru dan Staf TU yang saya hormati,
dan teman-teman sekalian yang berbahagia.
juga Dewan Guru dan Staf TU yang saya hormati,
dan teman-teman sekalian yang berbahagia.
Sebelumnya marilah
kita haturkan sebanyak banyaknya rasa syukur dan terima kasih kepada Allah SWT,
karena hanya oleh rahmat dan hidayah-Nya sajalah pada kesempatan yang
berbahagia ini kita bisa berkumpul disini. Pada kesempatan ini saya akan
menyampaikan pidato yang berjudul Membangun Karakter Bangsa dengan Rasa Bangga.
Hadirin yang saya
hormati, izinkan saya untuk mengajukan satu pertanyaan. Apa yang Anda
sekalian pikirkan tentang
Indonesia? Negara Korup? Banjir? Macet? Kesenjangan sosial? Pembangunan yang
tidak merata? Ya, itu semua memang benar adanya dan tak dapat kita pungkiri
keberadaannya. Namun, apakah semua itu yang ingin diwujudkan oleh
pahlawan-pahlawan yang berusaha keras memerdekakan negara ini dulu? Tentunya
bukan.
Hadirin yang saya
banggakan, kondisi yang sekarang kita temui ada pada negara kita samasekali
bukan ciri yang sedianya melekat. Pahlawan-pahlawan di era pra kemerdekaan dulu
memberikan kesediaannya, kecintaannya, harta dan nyawanya bukan untuk membeli
sebuah negara korup yang terombang-ambing dan secara konsisten terus mengalami
kemunduruan. Apa yang mereka pertaruhkan adalah masa depan yang cerah di tengah
atmosfer kemerdekaan dimana Indonesia yang mereka impikan bisa tumbuh jaya
dengan gotong royong, Pancasila, dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya.
Hadirin sekalian,
ada banyak yang menghambat kita menjadi bangsa yang maju. Dan salah satunya
adalah karena kian hilangnya ketiga hal yang tadi saya sebutkan dari bumi
Indonesia. Hadirin, Indonesia
bukanlah negara Liberal yang mendewakan kebebasan, tetapi bukan pula tirani
komunis yang justru menyamarkan kata kebebasan dibalik kata persatuan. Jadi
sekeras apapun kita berusaha, kita tak akan pernah mampu maju dengan cara
komunis atau liberal. Kita hanya mampu maju di jalan kita, ideologi kita,
pondasi terdasar negara kita, Pancasila.
Hadirin yang
berbahagia, Pancasila samasekali bukan sekedar pemikiran idealis tokoh bangsa,
bukan pula ide yang dicontek dari bangsa lain, melainkan nilai-nilai yang
digali dari akar-akar budaya kita sendiri. Pancasila yang sedianya merupakan
identitas kita merupakan salah satu hal pokok yang bisa dijadikan tolak ukur
mengenai seberapa melencengnya negara kita dari kiblatnya. Pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Apa kebebasan memeluk agama sudah terjamin di negara ini? Sudah,
tapi ironisnya degradasi moral berbanding lurus terhadapnya. Kedua, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradap. Apa pemerintah yang korup dan semena-mena kepada yang
diperintahnya masih memiliki sisi kemanusiaan? Ketika Hak Asasi Manusia masih
memiliki banyak pendustaan, apa kita masih berkiblatkan kepada sila kedua?
Ketiga, Persatuan Indonesia. Ketika dengan mudahnya satu etnis dengan yang lain
diadu domba, apa kita masih bisa dibilang memiliki persatuan? Ketika kebanyakan
dari kita memilih untuk apatis terhadap kehancuran negara dan bersikap
sedemikian individualis, apa kita masih bisa dianggap berorientasikan penuh
terhadap sila ini? Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan. Demokrasi memang sudah berjalan, iornisnya
politik uang justru berlari. Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia. Ketika yang miskin dipaksa berurusan dengan birokrasi yang
berbelit-belit sementara yang ber-uang memiliki jalan yang terbentang sedemikian
lebar, apa keadilan sosial masih berbicara banyak? Secara konseptual Pancasila
memang masih diakui, tapi secara lebih dalamnya, apa Pancasila masih menjiwai
bangsa ini? Kita semua tahu jawabannya.
Hadirin yang saya
hormati, kemunduran ini tak sepantasnya membuat kita semakin pesimis.
Bagaimanapun, memang begini keadaannya dan adalah tugas kita untuk tidak
membiarkan semuanya bergeser semakin buruk kedepannya. Oleh karenanya, Hadirin
sekalian, izinkan saya untuk mengajukan sebuah konsep sederhana untuk meringankan
tugas kita. Samasekali bukan hal rumit, atau proyek yang membutuhkan alokasi
dana besar, melainkan hanya sebuah kata sederhana; bangga. Karena hanya dari
rasa bangga itu akan timbul rasa cinta dan jika sudah cinta, apapun akan kita
lakukan tanpa diminta. Apalagi yang diimpikan sebuah negara selain rakyat yang
mencintai dan bangga terhadapnya? Tidak ada lagi. Jika sudah bangga, kita akan
mengabdi pada negara tanpa diminta. Jika sudah bangga kita tidak akan mendustai
identitas sendiri dan mendewakan bangsa lain. Jika sudah bangga kita tak akan
jadi pengkhianat. Jika sudah bangga, tanpa dimintapun kita akan dengan senang
hati menggunakan produk dalam negeri. Jika rakyatnya sudah bangga terhadapnya,
maka hanya tinggal menunggu waktu bagi sebuah negara untuk maju dan berjaya.
Memang sulit rasanya
membangun rasa bangga terhadap sebuah negara berkembang yang korup dan kian
waktu kian terbelakang. Tapi coba kita ingat-ingat apa yang selama ini telah
negara berikan kepada kita? Sadari bahwa kita sangat beruntung lahir di sebuah
negara dengan budaya seplural ini, negara dengan alam subur dan sinar matahari
yang tercurah sepanjang tahun. Ingatlah bahwa silsilah keluarga kita berakar
disini dan bahwa negeri ini bukan sekedar bumi yang kita pijaki. Ingatlah bahwa
ada banyak hal di negeri ini yang tak akan kita dapati dimanapun. Kenanglah
bahwa Indonesia pernah memiliki kejayaan yang diperhitungkan di dunia dan
kejayaan itu tak boleh hanya tinggal di era Majapahit atau Sriwijaya saja,
melainkan harus kita ulang secepatnya.
Sebagai generasi
penerus, kita dihadapkan dengan tanggung jawab yang luar biasa besar mengenai
memudarnya karakter bangsa dan degradasi moral yang kian parah. Tapi percayalah
bahwa kita bisa membawa Indonesia kepada keadaan yang lebih baik kedepannya.
Dan meski berat, kita hanya perlu memulainya dengan satu kata; Bangga. Maka saudara-saudara sekalian, mari
kita mulai untuk menanamkan rasa bangga itu, hingga suatu hari kita akan
benar-benar bisa mewujudkan Indonesia menjadi rumah yang nyaman bagi kita semua
dan yang patut diperhitungkan keberadaannya di dunia Internasional.
Kiranya hanya demikian yang dapat saya
sampaikan. Saya mohon maaf apabila ada perkataan saya yang salah dan tidak
berkenan di hati kawan-kawan semua. Terima kasih atas kesediaan teman-teman
untuk menyimak hingga akhir.
Wassalamualaikum
wr.wb.
ijin copas min, buat latihan pidato anak-anak
ReplyDeleteizin copas min, buat latihan pidato anak-anak di sekolahku niih, makasih
ReplyDeleteboleh-boleh~
ReplyDeletesemoga sukses latihan pidatonya
izin copas yah! naskah pidato nya mantap!
ReplyDeleteterimakasih
izin copas yah!
ReplyDeletemantap pidatonya
terimakasih
izin copas ya? Buat ujian praktek besok :)
ReplyDeletesama izin copas utk ujian praktek besok
ReplyDeleteIni pidato argumentasi?persuasi?eksposisi?
ReplyDeleteMakasih kak, sangat menginspirasi
ReplyDeleteKakap kak
ReplyDeleteizin copas ya kak, buat ujian praktek :D btw, blog nya pake tema apa kak?
ReplyDeleteIzin copas ya kakak, uat uprak :"))
ReplyDeleteIjin copas buat uprakk
ReplyDelete