Trending Topics

.

.

Saturday, September 28, 2013

ROMANTIK

Era Romantik, dikutip dari penjelasan dosen salah satu mata kuliah favorit saya, merupakan masa dimana manusia pengecut didewakan pemikirannya. Sebenarnya penjelasan yang baru saja itu hanya interpretasi saya saja, toh pada kenyataannya, Era Romantik menurut devinisi yang sebenarnya tak lebih dari era dimana paham tentang kejayaan masa lalu lah yang meraja. Tapi bukankah tak ada bedanya ?

Saya memahami romantisme tak pernah se-esensi ini sebelumnya. Tentunya, karena romantisme yang kita pahami bersama disini bukanlah dalam devinisi picisan yang umum. Romantik memang eranya para pengecut yang hidup di masa di mana mereka berjaya saja, membuang keburukan dan kepahitan dalam bentuk apapun dari ingatan seolah berkredibilitas untuk membuat dunia ini seindah surga. Padahal, apa yang mereka hadapi selanjutnya justru kelengahan dan stagnanisasi kemajuan oleh keamanan dan kenyamanan dari masa lalu yang semu. Tapi pantas saya akui bahwa dalam sebentangan waktu hidup saya yang baru tak seberapa ini pun, era romantik pernah ada, bukan hanya dalam sejarah peradaban dunia.

Kini ada warna yang mengindikasi bahwa era itu akan tiba lagi. Beberapa kejadian membawa saya untuk melambung tinggi, jauh diatas lembayung yang bergerak pelan di sore hari. Saya tengah menjaga betul kesadaran untuk hidup dalam kenyataan, bukan sekedar romantika yang hampir berkebalikan dengannya. Tapi itu cukup menyakitkan, cukup. Magnet yang digunakan oleh romantika yang menarik saya amat kuat, sampai sampai tangan saya tersayat oleh satu-satunya tali yang saya gunakan untuk tetap berada pada bumi manusia yang penuh pedih dan dilema.

Bahkan untuk memilih sakit pun harus tersakiti terlebih dahulu, benar-benar anti-romantik.


Tapi itulah yang saya pilih untuk menjadi seorang pemenang yang berbahagia suatu saat nanti. Terjebak dalam romantika sekali lagi hanya akan membuat saya mundur dalam dimensi waktu yang tak tentu. Terjebak dalam rasa nyaman semu seperti yang saya katakan di awal tadi. Kini dengan memilih bertahan dalam pedih-perih kenyatan khas dunia, saya berharap apa yang membuat saya bahagia benar akan datang pada saatnya, secara nyata, bukan semu seperti apa yang selama ini ada, dalam romantika saya di waktu yang lalu.

 
Yuanita Wahyu Pratiwi, 15 September 2013

No comments:

Post a Comment