Trending Topics

.

.

Wednesday, December 18, 2013

Seminggu di Penghujung Semester Satu

Terlalu mainstream kalo saya bilang 'rasanya baru kemarin', tapi ya gimana lagi, kalo diliat dari sisi dimana saya berdiri detik ini, waktu-waktu dibelakang rasanya memang terlalu cepat berlalu. Lucunya, hari dimana saya membaca tulisan ijo di snmptn.ac.id kalo saya diterima di Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada itu terjadi tujuh bulan yang lalu. Ketika itu tanggal 27 Mei, pengumuman dimajukan. Paginya dengan tampang tak terdefinisikan, saya masih main ke sekolah, melihat tampang-tampang lain yang juga tak terdefinisikan. Lawakan dan tawa-tawa tanpa kata anggun dan santun mungkin mengalir seperti biasa, tapi tiap-tiap dari kami tahu, kalau kami satu sama lain memelihara bisul sama besar yang akan meletus sorenya.

Sekarang, setelah melalui berbagai proses, sempat menganggur dan menikmati sesi penggemukan yang tak disengaja (ya mana mungkin saya menyengaja menggemukan diri?!) selama beberapa bulan, dan mencicipi apa yang dinamakan perkuliahan, bertemu dan menyegani banyak orang serta menjadi candu oleh atmosfer baru, ternyata saya sudah sampai di penghujung semester. Ada banyak sekali hal yang terjadi, bagaimana saya yang males ini harus membiasakan diri mengurusi kerapihan diri serta tempat tinggal seorang diri, bahkan sampai sempat mendapat teguran dari Yang Maha Kuasa dengan dua butir (?) kelabang, menunaikan kewajiban dengan waktu yang tak seragam setiap harinya, dan menjalani hidup secara normal dan bahagia sebagaimana anak muda pada umumnya.

Pola pikir saya sedikit sudah terpengaruh oleh kuliah-kuliah selama empat bulanan ini. Well, sekarang, gak tau kenapa, bawaannya kalo orang awam berkoar-koar tentang sejarah dengan pedenya (sama saja seperti yang saya lakukan dahulu sebenarnya) bawaannya sweatdropped. Soalnya guyes, terlalu banyak, terlalu banyak kegelapan dibalik kegemilangan yang hanya kita ketahui selama ini. Ibarat kata seperlima dari gunung es yang nampak di permukaan laut, sejarah yang ditutup-tutupi dari orang awam adalah gunung es yang gak kebagian tempat untuk eksis dan lantas dendam hingga menelan tumbal Titanic yang jadi legenda Atlantik Utara. Sejarah itu bukan benar atau salah, kanan atau kiri, pahlawan atau pemberontak, hitam atau putih, tapi semua warna. Kekuatan sejarah adalah eksplanasi yang empiris sekaligus dekat dan menyeluruh dengan bantuan "multidimensional approach". Objektivitas hanya ada di peristiwa aslinya, subjektivitas mutlak ada, dan metodelah yang membedakannya dari sekedar omong kosong dan cenahyangan belaka.

Adaptasi saya disinipun sudah meraih posisi yang nyaman. Doa saya sekian lama benar-benar terkabul, dan rasanya luar biasa. Rasanya saya masih ingat sensasi gundah yang luar biasa menjelang kepindahan, bagaimana saya merasa benar benar jauh dan sendirian, dan seberapa parah saya homesick sampe nangis tiap malem di kamar. Dalam hari hari awal itu, doa saya masih sama, saya meminta untuk didekatkan kepada orang-orang yang baik dan bisa membahagiakan saya, dan sekarang semuanya benar-benar terjadi. Kelas dimana saya berada ini adalah kelas ternyaman yang pernah saya tempati. Mungkin homoegnitas minat dan pola pikir yang menyatukan kami. Meskipun diantaranya ada beberapa orang diluar kelompok, mereka hanya individu atau kelompok kecil yang sangat minor dan tak demikian membelot. Yang lain hanya menanggapinya ringan sejauh apapun dampak kekacauan yang bisa mereka timbulkan sebenarnya bisa memecah belah kami.

Beberapa kali, nampak seolah ada masalah serius yang datang menghampiri. Kami kemudian membuka forum untuk meluruskannya, tapi di kemudian hari forum tersebut malah menghasilkan masalah baru. Tapi sebagaimana yang saya katakan, persoalan pelik semacam ini hanya untuk sebagian kecil orang, minor, amat minor. Sementara yang lain sewarna dengan pemikiran saya, tak pernah betulan menganggap ini masalah.

Satu semester yang diawal terlihat amat sangat panjang kini sudah menyentuh akhir. Beberapa mata kuliah sudah menutup buku presensi dan menuntaskan evaluasi. Untunglah di semester depan, mata kuliah yang diambil masih paket dan kesemuanya wajib, karena buat saya pribadi, rasanya pasti sulit mendapati kelas ini tak lagi berpadu dalam satu kesatuan. Ketika nanti kami telah dipisah-pisah oleh spesialisasi, entah akan seperti apa jadinya. Sementara itu masih lama, saya ingin fokus menikmatinya.

Seminggu terakhir ini, kami dibebani beberapa tugas paper yang amat menyita waktu dan pikiran. Belum lagi, minggu depan adalah minggu tenang yang notabene merupakan garis start menuju ujian akhir semester. Beberapa diantara kami memutuskan untuk pulang, yang rumahnya agak jauh memilih untuk berhemat ongkos dan menahan diri, sementara yang rumahnya lebih jauh lagi harus lebih bersabar dan bersabar.

Pertemuan pertama kelas awesome ini secara keseluruhan terjadi di sebuah sore yang saya lupa tanggalnya. Jadwalnya ketika itu sebenarnya adalah technical meeting untuk Bratasena 2013. Dalam pertemuan itu, saya melihat beberapa wajah lama yang saya lihat di gathering selepas test toefl, dan wajah-wajah baru.

Kuliah pertama kami berlangsung di ruang A 203 dengan kuliah orientasi Pengantar Sejarah Indonesia oleh Prof. Bambang. Beberapa orang terlambat ketika itu dan saya sempat kena tegur akibat main ballpoint. Kami kemudian melalui sebuah step wajib maba sejarah yang dinamakan Siwaramudya. Dalam event itu saya mendapatkan sebuah nama. 

Berikutnya ada History Week, disinilah skuadron artistik pertama kalinya mengalami pelatihan resmi. Selama sekitar sepuluh hari, kami pulang hampir tengah malam untuk mengurusi tata letak, dekorasi dan artistik HW 2013. Dari acara inilah, dibentuk skuadron artistik yang tersiagakan untuk acara-acara berikutnya. Yang terakhir ada inagurasi. Event ini yang paling kerasa pahit manisnya. Event dimulai dari rapat pleno awal, disana kami menentukan susunan panitia dan saya kembali mendaftar di skuadron artistik. Selain itu, dibentuk skuadron darurat untuk menggalang dana yakni Skuadron Nasi Kucing. Skuadron ini menangani produksi nasi kucing demi penggalangan dana untuk inagurasi, dan saya turut terlibat didalamnya. Inagurasi ini prosesnya berlangsung cukup lama, mungkin sekitar 2 bulan, dan banyak letupan-letupan didalamnya. Tapi darisinilah saya semakin mengenal dekat beberapa orang. Meski hasilnya kami belum beruntung untuk menang di acara penutupan Bratasena ini, saya pribadi puas. Kami sudah mencoba apa yang kami bisa, selain itu, kami memiliki kompetensi mumpuni yang tak masuk kategori penilaian. Yang jelas, setiap usaha baik menghasilkan kebaikan, dan itu bisa kami rasakan sekarang.

Dalam dinamikanya, kelas ini sempat melakukan sebuah trip angkatan ke Semarang. Meski kunjungan itu terlampau singkat, lagi-lagi kami juga mendapatkan banyak hal dari sini. Kunjungan ini juga menjawab salah satu ambisi saya untuk pergi ke Little Netherland ini.

Disini saya memiliki beberapa dokumentasi perjalanan kami.

masterpiece squadron artistik yang diarsiteki oleh Rama

foto sama Gatot Rp 5000,-

WIP with Habib, sekarang ancur :v

posenya -_-

depan lawang sewu, kaya abis demo~


dibis mau ke Semarang

masih di lawang sewu

detik detik menjelang tampil~

poster inagurasi dalam semalam
Gatot dan Soeharto, dua ikon~

anglenya lumayan :v

isi posternya mantap XD

mau berangkat kirab~~


malam puncak History Week 2013, semuanya cokelat~


begitu kostum gatot jadi, foto bersama crew


No comments:

Post a Comment