Trending Topics

.

.

Wednesday, June 06, 2012

Nyatanya Kau tak Membunuhku


Yo~, aku sedang UAS tapi sungguh tak bisa menahan hasrat untuk tidak menulis#dasar ==”
Lagipula UAS di kelas IPA apa menariknya?
yang menarik hanya PKN dan Sejarah saja~
Oke, langsung saja, disini mungkin aku hanya akan curhat, tapi sembari berbagi tips soal..

“beranikan saja dirimu, toh ia tak akan membunuhmu.”


Mungkin dalam beberapa kasus, steatment ini tidak berlaku. Seperti halnya jika kau berurusan dengan seorang psikopat atau ripper yang baru keluar dari penjara. Tapi yang jelas, dalam kasusku dan manusia normal lainnya dalam artian yang biasa-biasa saja, jelas ini berlaku. Jadi begini, aku akan mencoba untuk sedikit memberi doktrin. Tenang, ini bukan semata ajaran sesat atau apapun yang membahayakan stabilitas jiwa lainnya, ini hanya soal pengalamanku yang hendak kubagi karena akupun merasa agak miris jika melihat korban setelahku berjatuhan lagi. Meski ini sudah semacam hukum alam.

Lumrah, ini seperti kebanyakan masalah manusia seusiaku lainnya, terutama perempuan, karena sesuatu yang berlebihan yang kami miliki itu, yang biasa disebut perasaan sensitif sebagai alibi haha. Yap, soal err.. yah, kuakui mengatakan ini tak semudah ketika kau sedang kasmaran man~ Ketika kau sedang kasmaran mungkin kau akan menggombal semaumu, mengagung-agungkan seseorang disana dengan umbul-umbul tinggi tanpa melihat kenyataan, melupa, terbang tinggi, lalu menunggu takdir tanpa disadari. Entah takdir itu akan melambungkanmu semakin tinggi atau menjatuhkanmu ke dasar terdalam. Terdengar mengerikan? Maaf. Yang sedang kasmaran, nikmati saja, jangan hiraukan, ini hanya kata kata orang patah hati#plakk. Hehe~
Mau apa lagi, begitulah kenyataannya#sigh

Sekarang, dengan mudahnya, semuanya meluncur pasti karena memang mungkin sudah waktunya. Dengarkan saja, siapa tahu berguna karena ini pengalaman hidupku sendiri. Beberapa waktu yang lalu, dengan naifnya aku memalingkan muka dari kenyataan. Aku tidak menyesalinya, karena bagaimanapun, itu saat-saat yang menyenangkan. Segala dalam hidupmu akan terasa lebih membahagiakan, dan tak akan miskin gairah meski hanya dalam konteks yang sia-sia.

Jadi begini, jika kau berkenan untuk membaca postku yang lalu-lalu, yeah, kasusnya adalah aku sempat-atau masih- terlibat kisah tunggal yang rumit dengan seorang teman kecilku. Rumit, yeah karena tak pernah ada kejelasan soal ini. Aku hanya bisa diam, menatap kosong semua yang telah berlalu dengan sia-sia. Waktu yang kubuang. Adakalanya, aku berfikir jika ini lebih baik daripada mendapati kenyataan yang menyakitkan hati. Hey, itu berpotensi mengakibatkan kasus bunuh diri, meski separah apapun sepertinya aku adalah individu yang sanggup bertahan.

Tapi, itu hanya pemikiran dari satu sisi. Ketika aku mendapati diriku waras suatu waktu, mungkin aku menyesal, toh saat ini, ketika ia tahu segalanya, ia tak membunuhku.
Haha~

Mungkin, budaya negara kita tak memperkenankan individu warganya menjadi seorang pecinta murni yang kejam dan agresif. Segalanya selalu penuh toleransi dan basa-basi, dari urusan kenegaraan, politik, sampai kisah cinta warga negaranya. Seperti begini, seorang yang menyandang status sebagai perempuan, sesuai kebijaksanaan adat lama, tak pada lumrahnya menjadi vokal soal suara hatinya. Tak perlu dalam kasus ini sebagai seorang perempuan, lantas mengatakannya, yaah.. bagi hanya yang masih berpegang pada adat lama sih, karena kurang lebihnya aku masih demikian. Bagi yang lebih berpaham liberal, ini samasekali bukan masalah. Menurutku, tak perlu mengatakan, hanya saja tunjukan saja sebisanya, secara implisit, jangan menarik diri, karena semakin begitu, kemungkinan baiknya akan semakin besar muncul. Selain itu, langkah positif akan selamanya lebih baik daripada hanya berdiam diri, seperti yang hanya akubisa lakukan. Istilahnya, jadi, aku gagal? Yap, belum berhasil sampai kasusku hampir usai, apalagi namanya jika bukan gagal.
Oleh karena itu, jangan jadi orang gagal. Kesempatan yang ada, selagi itu masih bisa diambil, ambilah. Jangan hanya berdiam diri karena dengan berdiam itu berarti kau telah merelakan sesuatu hal untuk pergi, tanpa pernah tahu itu akan kembali lagi atau tidak. Ini berlaku soal apapun, kan?

Meskipun dalam kasus ini, aku belum sepenuhnya menyerah. Oke, aku tahu aku hanya punya detik-detik terakhir saat ini, tapi tak kupungkiri aku masih berharap ia mau mengkonfirmasi segalanya. Meluruskan apa yang sebenarnya terjadi padanya soal ini, tanggapannya. Agar ya, aku bisa mengambil langkah selanjutnya, entah itu untuk tetap menikmati saat-saat terakhir ini, atau melangkah maju, mengubur segalanya hanya sebagai bagian dari sejarah hidupku.

Demikianlah, tak lagi kudapati debar itu. Meskipun sampai detik ini ketika kami bicara, aku masih merasakan ada sedikit desiran yang melanda. Masih menyenangkan melihatnya, masih menyita perhatianku soal kisahnya, masih menyisakan seberapa dari waktuku untuknya, nyatanya masih begitu, meski aku juga tak tahu sampai kapan kisah ini akan berkesinambungan.

Satu bulan lagi, dua bulan lagi, sampai ulang tahunnya, sampai akhir tahun ini, atau bahkan lima tahun lagi. Tak ada yang bisa memastikan. Soal takdirku, hanya ada ditangan Tuhan, bukan ditanganmu atau ditanganku sendiri. Aku hanya berusaha menikmati hidup ini sebisanya.

Aku percaya Naoya-ku akan tiba, dan kau, sekarang kau bukan Naoya. Aku pastikan kau bukan Naoya, tapi segalanya bisa berbalik suatu saat nanti, kau, aku, takdirku, segalanya bisa berubah. Aku hanya bisa mengatakannya sekali lagi, tak ada ruginya jadi aku yang saat ini, yang memilih untuk diam, meskipun sekalinya aku memilih untuk bicara mungkin apa yang aku alami bisa lebih baik lagi. Yang jelas, dengan mengambil keputusan untuk diam ini berarti aku telah memasuki percabangan baru yang membawa kisahku kepada babak yang baru. Aku masih menunggu.

Tapi bagi kalian, dalam hal ini tak pada tepatnya kalian hanya diam. Bergerak akan jauh lebih baik, dan dengan langkah yang lebih berarti, mungkin alur hidupmu akan bermuara pada ending yang lebih membahagiakan. Mungkin, oke?



Yuanita WP,

sedang UAS 6Juni 2012

No comments:

Post a Comment