Trending Topics

.

.

Sunday, October 21, 2012

The Beginning on October




Pertama, saya ingin mengucapkan kepada anda sekalian, atau kepada saya sendiri mungkin,

SELAMAT TANGGAL 20&21 OKTOBER!!!

Jikalau andaikata novel saya sudah meraja di pasaran, sudah usai dan sudah saya terbitkan, lalu sudah pula dibaca oleh banyak orang, mungkin saja posting kali ini menjadi posting yang kian ditunggu oleh banyak pembaca karena bagi rentetan kejadian di novel saya, apa yang saya kisahkan terjadi di tanggal 20 dan 21 Oktober adalah intinya, puncak emosi di tengah babak permunculan masalah.

Sejak dahulu kala, entah kapan, mungkin jauh sebelum negara api menyerang atau bahkan sebelum komet Sozin yang mengawali perang datang*ngawur*, saya sudah kebangetan cinta sama bulan Oktober. Sebab bulan ini yang di jazirah Eropa sana merupakan latar waktu dari pertengahan musim gugur yang memanja. Dan saya suka musim gugur seperti yang pernah saya katakan berulang kali. Selain itu, entah kenapa saya rasa bulan ini cukup romantis. 

Udaranya sejuk, matahari becahaya agak malu-malu, angin dinginnya kerap kali memaksa kita untuk menghangatkan diri, merapat di depan perapian  sambil menikmati langit sorenya yang luar biasa indah. Dalam sebentangan layar horizon yang tak bertepi, berkombinasi segala varian dari awan-awan, entah itu mereka yang berketinggian rendah, sedang, sampai yang benar-benar tinggi. Mereka merangkai diri satu sama lain, menguntai kisah seolah mereka adalah guratan-guratan cat minyak oleh kuas-kuas para pelukis agung. Menggumpal, berarak menyebar, membentuk diri seolah pulau-pulau bermassa jenis rendah yang mengapung tanpa dosa di udara. Semburat-semburat sirrus, baik yang stratus maupun kumulus memang tak ikut andil memainkan warna, tapi mereka yang membawa kesan megahnya tak kunjung lepas, melapisi seluruh permukaan horizon dengan transparansi yang memanja, cantik, dan memesona. Dan itu semua berlangsung dengan kejutan yang hadir bervariasi setiap harinya, tak pernah sama.

Langit siang hari yang terbaik memang hanya bisa ditemui di hari-hari musim panas. Tapi visualisasi langit sore yang eksotis milik musim gugur tak akan bisa tertandingi oleh musim apapun dimanapun. Jika tak percaya, boleh bandingkan mulai sore ini.

Intensitas hujan memang sudah mulai menunjukkan peningkatan. Ini yang sebenarnya tak terlalu kusukai. Tapi selama matahari masih belum terlalu nyaman dalam persembunyiannya, masih hanya grimis saja yang kerap meraja, dan belum datang musim petir dan badai, aku masih menyukainya. Jadi, yaah… diatas segala kombinasi itu, aku bertaruh kalian akan bersegera menyerukan persetujuan denganku, bahwa Oktober memang sempurna.

Oke, berikut ini adalah apa yang ada di novelku, yang membuatku semakin menggilai Oktober~

Tokyo, Oktober 20th 2012

§Butuh semalam suntuk bagiku hingga akhirnya kuputuskan untuk memberikannya pada partnerku. Partner yang selalu membuat kami canggung seperti orang yang baru berkenalan setiap aku berada bersamanya.

§ Naoya, kau mengalihkan kehidupanku. Aku tak yakin aku hanya sekedar menyukaimu. Mungkin aku mencintaimu, tapi aku tak berani mengakuinya, bahkan pada diriku sendiri.

§ Ini bukan soal masa depan yang hancur berantakan atau aset jutaan milyar yang mungkin akan hilang tapi ini soal hati. Organ yang begitu riskan meski abstrak.

§ Pada halnya aku takut kehilangan masa depanku yang telah lama kunantikan, takut kehilangan mimpi-mimpi dan asa hidup yang telah hampir seumur hidupku kuhabiskan waktuku hanya untuk merangkainya, mengabadikannya dengan menjadikannya tujuan akan kemanakah arus hidupku yang tak luput dari pasang surut ini bermuara. Aku takut nantinya, karena merasakan rasa sakit yang teramat sangat itu akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku.

§  Aku takut karenamu aku kehilangan hari-hariku kemudian, kehidupanku.
§ 
Personalitas kami yang bagaikan langit dan bumi adalah alasan mengapa aku sering menitik beratkan ruang pikir tentang Naoya dalam otakku ke arah pesimisasi. Ia 180˚ berbeda denganku.

§ Segala hal dapat dimilikinya dengan mudah, sedangkan aku? Disini aku tak ubahnya seperti siput berkerang tipis dan lusuh yang terdampar di kumpulan kerang mutiara. Dan ironisnya si siput jatuh cinta pada sang Pangeran kerang yang memiliki mutiara hitam paling berkilau diantara yang lainnya.

§ Kami berdua berjalan di tengah hujan lebat, berusaha untuk menembusnya. Dan kini perjalanan manis yang singkat ini akan segera berakhir. Sesungguhnya aku tak menginginkan itu. Meski kutahu ini lagi-lagi ironis. Menyedihkan! Aku mengharapkan sesuatu yang mustahil! Berharap rangkulannya ini tak pernah terlepas, berharap hangat tubuh kami yang membaur tak pernah terurai. Biarlah kami terus berada di tengah hujan seperti ini, biarlah hujan ini tak pernah mereda, biarlah hujan ini membunuh kami pelan-pelan, asalkan aku bisa terus seperti ini. Meski ini semua hanyalah sebuah kenyataan yang semu.

§ “Meck, bolehkah aku mengatakan sesuatu?” Tanyanya lirih.

§ “Dan kau juga telah mengajarkan padaku tentang satu hal yang teristimewa…”

§ Karena hati tak akan membohongi pemiliknya.”

§ “Dan hatiku berkata bahwa aku harus mengatakan ini. Meck, aku... Je’t Aime…”

§ Jikalau harus kulukiskan dengan metaforasi, mungkin rasanya aku seperti tengah terbang dan yang dapat menjatuhkanku adalah apa yang Naoya katakan setelahnya.

§“Tapi Meck, kumohon kau tetap mengizinkanku menyimpan perasaan ini. Karena perasaan ini sungguhlah istimewa, yang pertama bagiku, yang membuatku selalu merasakan kedamaian di setiap detik di hari-hariku yang melelahkan.”

§ Aku sangat senang tadi, sungguh tak terkira rasanya saat aku mengetahui jika perasaanku selama ini tak bertepuk sebelah tangan. Tapi seketika itu juga tukasanmu menjatuhkanku. Kau tahu rasanya, sakit...” Aku tersenyum pahit kearahnya. Dan ia hanya membalasnya dengan raut penyesalan yang semakin tergambar jelas.

§ “Ha? Kau bilang apa tadi?” tanyaku sekali lagi untuk memastikan segalanya.

§“Meck, jadilah pacarku...” pintanya lagi. Kali ini aku mendengarnya jelas karena konsentrasiku penuh terpusat padanya.

Tokyo, October 21th 2012
§
“ Bukan! Aku tidak menolaknya! Aku hanya berkata jika aku tak bisa menjawabnya saat itu juga. Aku hanya minta waktu untuk memikirkan semuanya dengan otak yang jernih karena malam itu aku sudah tak mampu lagi memikirkan semuanya dengan benar. Tapi sampai sekarangpun otakku belum jernih juga. Jadi, ada yang punya saran lebih baik dari yang diberikan Kimmy?” tanyaku.

§ Naoya, maaf  jika sekiranya aku telah menyita waktumu. Jika kau bersedia datang, kutunggu di taman belakang sekolah sampai pukul 5.pm nanti. Merci Beaucoup. Sara Meckino.

§ “Meck, tunggu! Kumohon..” kali ini kuraskan tangan teduhnya yang hangat persis seperti semalam menggenggam telapak tangan kiriku, menahanku. Tuhan sehebat inikah imajinasiku?

§“So,soal semalam, soal ppertanyaanmu yang semalam iituu… err, masih berhak kah aku menjawabnya?” tanyaku agak tergagap.

§ “Tentu Meck. Berapa tahun lagi pun kau baru ingin menjawabnya akan tetap kudengarkan.”

§ “Dicintai memang indah, tapi pernahkah kau berpikir apa yang aku pikirkan? Mencintai itu lebih indah dari dicintai.” DEG. Ia tersenyum, tapi aku, aku kini merasakan debar yang aneh. Bukan lagi seperti yang aku rasakan jika bersama Naoya belakangan. Tapi aku terhenyak. Mencintai lebih indah daripada dicintai, bukankah kebanyakan orang berpikir sebaliknya?

§ “Dan aku rasa jawabanku juga bukan tidak.” ujarku pelan. Sangat pelan malah.
§  “Jadi, kau, Meck…” ah, syukurlah Naoya mendengarnya. Aku jadi tak perlu mengulangnya,mengiyakan pertanyaanku kemarin..?”

§ “Terimakasih...” Aku tersentak, tiba-tiba saja Naoya membawaku dalam dekapannya. Hingga kini tak ada lagi jarak antara jantung kami kecuali belulang rusuk dan selapis kulit yang membungkus rusuk kami masing-masing. Dentuman dengan tempo yang sama cepatnya itu menyatu, membaur dan menciptakan keselarasan dalam sebuah tekanan yang tak terlukiskan. Hangat, atmosfer hangat yang nyaman ini berhasil menetralisir suhu tubuhku yang turun drastis karena nervous stadium tinggi tadi. Sungguh, aku tak pernah merasa senyaman ini dalam dekapan siapapun, bahkan sahabatku sekalipun. Semuanya serasa pas, suhu tubuhku dan suhu tubuhnya, ukuran tubuhku dengan ukuran tubuhnya, ukuran tangan kami yang saling menggenggam, suasananya, segalanya terasa sangat pas tanpa satu titik pun yang melenceng. Ya, rencana-Mu Tuhan, rencana-Mu yang kau paparkan hari ini sungguhlah indah. Tapi tak sampai beberapa menit ia melepaskannya. Membuat jarak kami semakin dekat, dekat, dekat dan akhirnya menghilang. Jarak itu membaur bersama dengan deru nafas kami yang mulai kembali ke keadaan normal.

§  Kapanpun, kapanpun selagi dan selama kami sama-sama terbuai perasaan ini. Dan kurasa itu akan jadi waktu yang sangat-sangat lama.

§ Lembaran di halaman pertama bab baru sejarahku. Sejarah cintaku. Yang pertama, dengan seorang pemuda dari kasta darah biru ini. Seorang yang dimana perasaan yang kurasakan terhadapnya adalah cinta yang berawal dari rasa kagum. Rasa kagum yang berlanjut menjadi keputus asaan sejenak yang melahirkan dilema yang begitu berat soal menentukan dimensi antara aku dan dirinya, apakah itu sekedar mimpi ataukah kenyataan. Kini aku telah menentukannya, apapun yang nantinya kuhadapi, aku telah menentukan bahwa aku memilih kenyataan. Dan ternyata kenyataan tidaklah sekejam yang kukira sepertinya. Toh nyatanya, perasaanku ini tak hanya bertepuk sebelah tangan.



Yak, itu kiranya, penggalan demi penggalan dari cerita yang saya karang setahunan yang lalu, dan berlatarkan waktu tepat hari ini. Awalnya saya tulis cerita ini dengan penuh harap jikalau kiranya tepat dalam momen ini saya bisa juga merasakan apa yang dirasakan oleh seorang Sara Meckino tadi, tapi ternyata nihil. Yah, yang namanya harapan itu bisa terkabul, bisa tidak kan? Haha, sudahlah, saya tak hendak bermuram durja. Mungkin memang belum saatnya kejutan sebesar Naoya sampai kepada saya di saat-saat ini. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk saya.
Bagaimanapun saya tetap cinta Oktober atas keindahannya, romantismenya, semangatnya, dan atmosfernya yang menyenangkan. Terimakasih Oktober karena telah membawa saya menciptakan kisah ini, dan tentu, saya berharap saya memiliki Oktober saya sendiri nantinya, bersama seseorang yang mungkin masih berada di jauh sana, dan memimpikan hal yang serupa dengan saya.
Untuk Meck & Naoya, selamat! Sekalipun belum banyak yang membaca fiksi seratusan lembar ini, saya tetap harus memberi selamat pada pasangan paling inspiratif sepanjang hidup saya hingga saat ini. Ini salah satu dedikasi saya untuk kalian yang sudah hidup dalam imajinasi saya empat tahunan belakangan ini dan membawa saya menikmati saat-saat menulis saya. Doakan saya semoga suatu hari kisah kalian bukan hanya ada dalam imanjinasi saya, tapi di angan-angan banyak orang yang juga terhipnotis oleh kalian sebagaimana saya.

Enjoy your joyful October! See you~



No comments:

Post a Comment