Trending Topics

.

.

Saturday, May 18, 2013

Minggu Pertama

20, 24, 28, tercatat sebagai tanggal maha penting di bulan ini buat seorang saya, Yuanita Wahyu Pratiwi yang lahir tepat di peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-88, tujuh belas tahun yang lalu. Korupsi satu tahun dengan menyelinap kedalam sebuah koloni akselerasi di sebuah sekolah di regional tempat tinggal saya membuat saya mencekik leher dengan tambang ujian nasional setahun lebih cepat. Oleh karenanya, tiga tanggal itu menjadi momen penentuan yang teramat sangat penting buat saya. Setiap mata ini terbuka dan kesadaran saya kian terkumpul seirama dengan anggunnya langkah sang surya menuju singgasana pagi-nya, panik menghampiri, mencuri kesempatan ketika hormon penenang pikiran dalam tubuh saya baru menjajaki masa produksi.

Ini sulit, sangat sulit. Berkali lipat dibanding soal matematika di UN kemarin, karena letaknya amat sangat dekat dengan sebentangan masa depan saya. Entah kenapa, di minggu pertama nafas tujuh belas tahun saya, saya harus mengalami penentuan yang sebegini krusialnya. Saya harap usaha saya untuk berjuang di jalan yang luar biasa berat bagi saya selama dua tahunan ini berbuah manis. Toh saya tak ingin terlalu banyak, sebuah kunci untuk kembali membuka dunia dimana saya semestinya berada adalah kado yang paling saya impikan untuk pembuka tahun yang ke tujuh belas ini.

Tadi siang, ketika sejenak saya memejamkan mata, sebuah mimpi tiba-tiba datang menghampiri. Saya sering kali tak ambil pusing dengan hanya menganggap bahwa mimpi hanyalah sisa pemikiran saat kita terjaga yang terbawa hingga tidur ketika ia tak begitu bercerita baik, ataupun bermaknakan tidak bagus. Tapi untuk mimpi yang tadi siang, saya berharap itu benar adanya, benar akan jadi kenyataan beberapa hari kedepan. Amin.

Pasalnya di mimpi itu, saya diterima di universitas dan jurusan yang saya impikan lewat jalur undangan.

Yeah, bung. Sederhana, tapi itulah impian saya untuk saat ini.

Memikirkan beban yang akan ditanggung orang tua saya, tak enak hati saya meminta harga tambah untuk mengambil bimbel. Beberapa pelajaran mungkin bisa saya kejar sendiri sepahitnya saya tak diterima lewat jalur undangan dan harus mengambil jalan tes nanti, tapi untuk matematika dan ekonomi, semua yang berurusan dengan angka entah di IPS atau di IPA, saya tak berdaya. Yang akan saya jadikan pegangan palingan hanya buku soal.

Susahnya, pada saat yang sama saya selalu saja sibuk menenangkan diri sambil mempersiapkan mental sekalinya saya tak mendapatkan apa yang saya inginkan nantinya. Karena mereka adalah kedua hal yang berlawanan. Saya, bergantung pada peluang demi salah satu dari hanya beberapa kursi yang diperebutkan sekian banyak orang. Berbagai prestise dipertaruhkan didalamnya, juga soal kepuasan hati, amanat, dan banyak hal rumit lainnya. Setiap saya berspekulasi, selalu saja pikiran buruk yang menghantui, dan itulah yang membuat saya pada akhirnya, sebagaimanapun saya menutupinya, tetap saja khawatir terhadap individu ini.

Sampai pada tulisan ini pun, saya tetap tak mau berspekulasi. Itu hanya akan menyakiti saya dan memperparah kekhawatiran ini. Saya sudah berusaha, oleh karenanya pantas kiranya saya memohonkan doa untuk terkabulnya impian saya. Amin…




Yuanita Wahyu Pratiwi, 18 Mei ‘13

No comments:

Post a Comment