Trending Topics

.

.

Wednesday, January 09, 2013

Hikayat Negeri Seribu Pakem


Guyes, gimana kabarnya?
Terutama buat yang kelas tiga SMA kali, ya? Hahaha, tiga bulan lagi mau UN gimana rasanya? Gimana? Gimana? Gimana??? SMPTN daftar dimana? Masih gundah nggak sama jurusannya?!
>mewujudkan ambisi dan mengejar yang agak tinggi dengan resiko nantinya akan sedikit lebih memberatkan orang tua dan belum memiliki gambaran hidup sendiri yang jelas
>atau tetap berjalan bersama ambisi yang saya miliki sambil terus berusaha mewujudkannya di tempat yang lain, dengan hidup yang kurang lebihnya terjamin, tak perlu memberatkan orang tua dan berpeluang berkarier sambilan di masa-masa kuliah saya nantinya.


Kalo saya pribadi, ya… tak berbedalah dengan umumnya kalian. Saya bukan sumber daya manusia yang luar biasa juga, jadi ya… sebagaimana mayoritas, saya juga masih dihantui berbagai kegelisahan. Selain soal tuntutan belajar untuk berondongan berbagai ujian kedepannya, stamina yang harus selalu terjaga, juga mental, ini yang utama. Urusan mental buat individu semacam saya ini bukan hanya soal berondongan ujian yang akan sedemikian menyiksa waktu dan pikiran kedepannya, tapi juga soal rotasi hidup yang akan mulai berputar lebih cepat kedepannya. Yahh… dan saya akui itu cukup menyita pikiran saya dibanding masalah-masalah lain akhir-akhir ini.

Mungkin sebagian orang akan menggunakan blognya sebagai sebuah diary virtual yang dapat membebaskannya dari sekian banyak beban yang ia pendam diluar ini—kadang juga termasuk untuk urusan-urusan yang konteksnya personal dan agak frontal apabila di ke muka umumkan—, atau ada jugab yang memenuhi blognya dengan file yang bisa di download agar bisa berbagi file dan (umumnya) kesenangan sambil mendulang viewers agar dapat mendulang penghasilan dari sana, ada juga yang sekedar memuat informasi mengenai idola, sebatas untuk menambah teman dari ‘dunia’ yang sama, dan otomatis area fangirling-an. Yeah, begitu berupa-rupa fungsi blog ini di tangan setiap orang, tapi buat saya, saya lebih suka mendoktrinisasi *wakkakkak* ya, kalo ada yang baca dan terdoktrinisasi kemudian aja sih, sayangnya blog ini agak sepi haha. Ya, lagipula nggak sepenuhnya juga doktrin saya itu sesat kok, paling cuma agak melenceng dari norma dan nilai yang berlaku di masyarakat sedikit#apadah. Umumnya juga, selain soal doktrinisasi dan kesukaan saya juga soal karya-karya*bah* saya, dan tentunya daily chronicles yang panjangnya tak mengecewakan, dan bacalah, rasanya akan seperti membaca artikel di koran ><d#plakk

Tapi topic yang sedang hits di daily chronicles of Le jardin de rose akhir-akhir ini juga soal ini, soal future, atau yaa… masa depan dari sang tuan rumah disini ini. Pilihan yang saya temui akhir-akhir ini ada dua;
Juga soal prodi yang saya prioritaskan tentunya.

Masalah pertama, saya anak IPA, yeah, mau nggak mau saya adalah anak IPA, dan dari kedua prodi itu, baik yang prioritas maupun pilihan kedua, saya mengambil jurusan IPS berhubung dari awal saya memang nggak ada minat di IPA. Tapi takutnya hal semacam ini akan menghambat atau mempersulit prosesnya nantinya.

Masalah yang kedua, saya nggak muluk-muluk kok, saya cuma pengen masuk jurusan Ilmu Sejarah-UI, atau UGM lah. Tapi, kalian bisa lihat dong, it’s history. Setiap saya ketemu sama keluarga besar, ditanya nanti kuliah mau ngambil apa? Kalo saya bilang sejarah, pasti anggapan mereka serupa, tidak kurang dan tidak lebihnya selalu sebelah mata. Apa yang salah dari sejarah sebenarnya? Dari dulu banyak kan sejarawan yang berhasil berkontribusi besar bagi dunia dan mencatatkan namanya di lembaran prioritas peradaban-peradaban dunia yang pernah ada? Saya bahkan pernah dengar sebuah ungkapan yang menjelaskan bahwasanya para penguasa yang semena-mena, rezim yang diktator, atau pencetus perang yang ambisius takut pada sejarawan, karena merekalah yang akan merekonstruksi masa lalu untuk memprakirakan masa depan dan menghancurkan kekejian mereka. Jadi kenapa sekarang saya selalu ditanyai begini; Masuk sejarah? mau jadi apa? Jadi guru? GOD, guru bukan satu-satunya profesi di dunia ini kan? Meski ya, saya tahu prospeknya mungkin agak susah nantinya.

Apa yang membuat saya tertarik dengan sejarah adalah kecintaan saya terhadapnya yang sekiranya sudah ada sejak dulu. Saya suka menelusuri secara kronologis peristiwa masa lalu dan asal mula sesuatu hal untuk kemudian muncul dan memiliki eksistensi. Dan dapat dipastikan dari sekian banyak peristiwa itu, ada keterkaitan-keterkaitan antar satu dengan yang lain yang belum terterjemahkan, atau seperti tadi, bagaimana merekonstruksi masa lalu untuk memprakirakan masa depan, atau soal nostalgianya, dan juga mungkin peleburan unsur keilmuan dan pengetahuan sejarah dalam sebentuk karya sastra. Karena saya pikir dengan tidak hanya mempelajari bidang studi yang mengedepankan aspek keterampilan, saya bisa menguasai setidaknya satu disiplin ilmu lebih dari yang lain dan yang namanya ilmu selalu berguna ‘kan?

Selain itu sejarah juga tak terpaut terlalu jauh baik dari aspek kebudayaannya maupun aspek sosial-politiknya—dua hal yang jadi passion saya—. Dan kebanyakan sejarawan, atau orang-orang yang cukup punya kredibelitas mumpuni di bidang ini yang saya kenal selalu samasekali bukan orang yang membosankan. Mereka, kadang tak dihiraukan pun selalu punya passion dalam penuturan-penuturan mereka, sebuah pandangan yang idealis yang mungkin dibentuk akibat  berbagai peristiwa yang telah mereka teliti dan telusuri yang maisng masing dari itu membawa kesan-kesan tersendiri yang akhirnya membawa pandangan idealis tersebut merasuk pada diri mereka. Jujur saya suka orang-orang semacam itu, dan adalah sebuah kehormatan jikalau saya suatu saat nanti bisa menjadi salah satu dari mereka.

Akhir-akhir ini juga beberapa oknum teman sekelas saya menakut-nakuti saya, katanya hati-hati kalau bicara, nanti bisa kena karma. Saya selama ini memang saya akui kerap mengutuk apa yang namanya ilmu alam, tapi sejujurnya ini bukan tanpa alasan. Bukan saya mengeluh tanpa berusaha kok, saya sudah ikut les, belajar sebisanya, bahkan meski saya tak tahu sesungguhnya batas saya sampai dimana, saya pernah merasa belajar sampai saya ada pada satu titik dimana saya menyerah sampai disitu. Faktor ketidak sukaan mungkin yang jadi nomor satu, tapi faktor ketidak mampuan bahkan mengikuti di posisi sebelum nomor dua, menempel erat dengan yang pertama tadi sehingga mereka menciptakan kombinasi yang sedemikian ampuh untuk menghancurkan saya.

Yaah, saya hanya bisa berdoa semoga apa yang saya cita-citakan bisa untuk setidaknya terwujud meski tidak secara eksplisit. Semoga saja hal tersebut tak akan terjadi pada saya, cukup disini dan izinkan saya untuk kembali menikmati hidup, terutama di fase kehidupan saya yang kedepannya yang akan saya isi dengan rutinitas berkesinambungan selama bertahun-tahun. Amin.



Dan tolong, siapapun, biarkan dan restui saya jadi burung-burung yang terbang bebas di angkasa.

1-7-13

2 comments:

  1. kaka anak IPS yang kesasar masuk IPA ya? dari tata bahasa sebenernya kaka niatnya ke IPS ya?
    aku setuju kenapa ips selalu dipandang sebelah mata? temen temenku bilang kalo masuk SMA ambil jurusan IPA soalnya IPS ngga laku.

    BTW, boleh dong kalo ada soal sejarah tanya kaka?

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha, iya dek...
      melas banget yak?

      gitu deh, pokoknya sekelas kakak tuh dijurusin semua ke IPA tanpa pengecualian, dan tanpa perundingan lagi, jadi deh kakak terdampar di IPA ~(-_-)~

      gak cuma dari tata bahasa, dari hati terdalam juga kakak maunya di IPS#plakk. Kalo omongan kayak gitu sih nggak usah didengerin. Masuk apapun itu, IPA atau IPS, yang penting sesuai dengan kata hati, karena rasanya dipaksa itu nggak enak bangeeett*hiks*

      Whohoho, sejarah ya? boleh deh boleh wkwkw
      eh, btw kamu tuh masih SMP ya?

      Delete