Guyes, gimana kabarnya?
Terutama buat yang kelas tiga SMA kali, ya? Hahaha, tiga bulan lagi mau UN gimana rasanya? Gimana? Gimana? Gimana??? SMPTN daftar dimana? Masih gundah nggak sama jurusannya?!
>mewujudkan ambisi dan mengejar yang agak tinggi dengan resiko nantinya akan sedikit lebih memberatkan orang tua dan belum memiliki gambaran hidup sendiri yang jelas
>atau tetap berjalan bersama ambisi yang saya miliki sambil terus berusaha mewujudkannya di tempat yang lain, dengan hidup yang kurang lebihnya terjamin, tak perlu memberatkan orang tua dan berpeluang berkarier sambilan di masa-masa kuliah saya nantinya.
Terutama buat yang kelas tiga SMA kali, ya? Hahaha, tiga bulan lagi mau UN gimana rasanya? Gimana? Gimana? Gimana??? SMPTN daftar dimana? Masih gundah nggak sama jurusannya?!
>mewujudkan ambisi dan mengejar yang agak tinggi dengan resiko nantinya akan sedikit lebih memberatkan orang tua dan belum memiliki gambaran hidup sendiri yang jelas
>atau tetap berjalan bersama ambisi yang saya miliki sambil terus berusaha mewujudkannya di tempat yang lain, dengan hidup yang kurang lebihnya terjamin, tak perlu memberatkan orang tua dan berpeluang berkarier sambilan di masa-masa kuliah saya nantinya.
Kalo saya pribadi, ya… tak berbedalah dengan umumnya kalian. Saya bukan
sumber daya manusia yang luar biasa juga, jadi ya… sebagaimana mayoritas, saya
juga masih dihantui berbagai kegelisahan. Selain soal tuntutan belajar untuk
berondongan berbagai ujian kedepannya, stamina yang harus selalu terjaga, juga mental,
ini yang utama. Urusan mental buat individu semacam saya ini bukan hanya soal
berondongan ujian yang akan sedemikian menyiksa waktu dan pikiran kedepannya,
tapi juga soal rotasi hidup yang akan mulai berputar lebih cepat kedepannya.
Yahh… dan saya akui itu cukup menyita pikiran saya dibanding masalah-masalah
lain akhir-akhir ini.
Mungkin sebagian orang akan menggunakan blognya sebagai sebuah diary
virtual yang dapat membebaskannya dari sekian banyak beban yang ia pendam
diluar ini—kadang juga termasuk untuk urusan-urusan yang konteksnya personal
dan agak frontal apabila di ke muka umumkan—, atau ada jugab yang memenuhi
blognya dengan file yang bisa di download agar bisa berbagi file dan (umumnya)
kesenangan sambil mendulang viewers agar dapat mendulang penghasilan dari sana,
ada juga yang sekedar memuat informasi mengenai idola, sebatas untuk menambah
teman dari ‘dunia’ yang sama, dan otomatis area fangirling-an. Yeah, begitu
berupa-rupa fungsi blog ini di tangan setiap orang, tapi buat saya, saya lebih
suka mendoktrinisasi *wakkakkak* ya, kalo ada yang baca dan terdoktrinisasi
kemudian aja sih, sayangnya blog ini agak sepi haha. Ya, lagipula nggak
sepenuhnya juga doktrin saya itu sesat kok, paling cuma agak melenceng dari
norma dan nilai yang berlaku di masyarakat sedikit#apadah. Umumnya juga, selain
soal doktrinisasi dan kesukaan saya juga soal karya-karya*bah* saya, dan
tentunya daily chronicles yang panjangnya tak mengecewakan, dan bacalah,
rasanya akan seperti membaca artikel di koran ><d#plakk
Tapi topic yang sedang hits di daily chronicles of Le jardin de rose
akhir-akhir ini juga soal ini, soal future, atau yaa… masa depan dari sang tuan
rumah disini ini. Pilihan yang saya temui akhir-akhir ini ada dua;
Juga soal prodi yang saya prioritaskan tentunya.
Masalah pertama, saya anak IPA, yeah, mau nggak mau saya adalah anak
IPA, dan dari kedua prodi itu, baik yang prioritas maupun pilihan kedua, saya
mengambil jurusan IPS berhubung dari awal saya memang nggak ada minat di IPA.
Tapi takutnya hal semacam ini akan menghambat atau mempersulit prosesnya
nantinya.
Masalah yang kedua, saya nggak muluk-muluk kok, saya cuma pengen masuk
jurusan Ilmu Sejarah-UI, atau UGM lah. Tapi, kalian bisa lihat dong, it’s
history. Setiap saya ketemu sama keluarga besar, ditanya nanti kuliah mau
ngambil apa? Kalo saya bilang sejarah, pasti anggapan mereka serupa, tidak
kurang dan tidak lebihnya selalu sebelah mata. Apa yang salah dari sejarah
sebenarnya? Dari dulu banyak kan sejarawan yang berhasil berkontribusi besar
bagi dunia dan mencatatkan namanya di lembaran prioritas peradaban-peradaban
dunia yang pernah ada? Saya bahkan pernah dengar sebuah ungkapan yang
menjelaskan bahwasanya para penguasa yang semena-mena, rezim yang diktator,
atau pencetus perang yang ambisius takut pada sejarawan, karena merekalah yang
akan merekonstruksi masa lalu untuk memprakirakan masa depan dan menghancurkan
kekejian mereka. Jadi kenapa sekarang saya selalu ditanyai begini; Masuk
sejarah? mau jadi apa? Jadi guru? GOD, guru bukan satu-satunya profesi di dunia
ini kan? Meski ya, saya tahu prospeknya mungkin agak susah nantinya.
Apa yang membuat saya tertarik dengan sejarah adalah kecintaan saya terhadapnya
yang sekiranya sudah ada sejak dulu. Saya suka menelusuri secara kronologis
peristiwa masa lalu dan asal mula sesuatu hal untuk kemudian muncul dan
memiliki eksistensi. Dan dapat dipastikan dari sekian banyak peristiwa itu, ada
keterkaitan-keterkaitan antar satu dengan yang lain yang belum terterjemahkan,
atau seperti tadi, bagaimana merekonstruksi masa lalu untuk memprakirakan masa
depan, atau soal nostalgianya, dan juga mungkin peleburan unsur keilmuan dan
pengetahuan sejarah dalam sebentuk karya sastra. Karena saya pikir dengan tidak
hanya mempelajari bidang studi yang mengedepankan aspek keterampilan, saya bisa
menguasai setidaknya satu disiplin ilmu lebih dari yang lain dan yang namanya
ilmu selalu berguna ‘kan?
Selain itu sejarah juga tak terpaut terlalu jauh baik dari aspek
kebudayaannya maupun aspek sosial-politiknya—dua hal yang jadi passion saya—.
Dan kebanyakan sejarawan, atau orang-orang yang cukup punya kredibelitas
mumpuni di bidang ini yang saya kenal selalu samasekali bukan orang yang
membosankan. Mereka, kadang tak dihiraukan pun selalu punya passion dalam
penuturan-penuturan mereka, sebuah pandangan yang idealis yang mungkin dibentuk
akibat berbagai peristiwa yang telah
mereka teliti dan telusuri yang maisng masing dari itu membawa kesan-kesan
tersendiri yang akhirnya membawa pandangan idealis tersebut merasuk pada diri
mereka. Jujur saya suka orang-orang semacam itu, dan adalah sebuah kehormatan
jikalau saya suatu saat nanti bisa menjadi salah satu dari mereka.
Akhir-akhir ini juga beberapa oknum teman sekelas saya menakut-nakuti
saya, katanya hati-hati kalau bicara, nanti bisa kena karma. Saya selama ini
memang saya akui kerap mengutuk apa yang namanya ilmu alam, tapi sejujurnya ini
bukan tanpa alasan. Bukan saya mengeluh tanpa berusaha kok, saya sudah ikut
les, belajar sebisanya, bahkan meski saya tak tahu sesungguhnya batas saya
sampai dimana, saya pernah merasa belajar sampai saya ada pada satu titik
dimana saya menyerah sampai disitu. Faktor ketidak sukaan mungkin yang jadi nomor
satu, tapi faktor ketidak mampuan bahkan mengikuti di posisi sebelum nomor dua,
menempel erat dengan yang pertama tadi sehingga mereka menciptakan kombinasi
yang sedemikian ampuh untuk menghancurkan saya.
Yaah, saya hanya bisa berdoa semoga apa yang saya cita-citakan bisa
untuk setidaknya terwujud meski tidak secara eksplisit. Semoga saja hal
tersebut tak akan terjadi pada saya, cukup disini dan izinkan saya untuk
kembali menikmati hidup, terutama di fase kehidupan saya yang kedepannya yang
akan saya isi dengan rutinitas berkesinambungan selama bertahun-tahun. Amin.
Dan tolong, siapapun, biarkan dan restui saya jadi burung-burung yang
terbang bebas di angkasa.
1-7-13
kaka anak IPS yang kesasar masuk IPA ya? dari tata bahasa sebenernya kaka niatnya ke IPS ya?
ReplyDeleteaku setuju kenapa ips selalu dipandang sebelah mata? temen temenku bilang kalo masuk SMA ambil jurusan IPA soalnya IPS ngga laku.
BTW, boleh dong kalo ada soal sejarah tanya kaka?
haha, iya dek...
Deletemelas banget yak?
gitu deh, pokoknya sekelas kakak tuh dijurusin semua ke IPA tanpa pengecualian, dan tanpa perundingan lagi, jadi deh kakak terdampar di IPA ~(-_-)~
gak cuma dari tata bahasa, dari hati terdalam juga kakak maunya di IPS#plakk. Kalo omongan kayak gitu sih nggak usah didengerin. Masuk apapun itu, IPA atau IPS, yang penting sesuai dengan kata hati, karena rasanya dipaksa itu nggak enak bangeeett*hiks*
Whohoho, sejarah ya? boleh deh boleh wkwkw
eh, btw kamu tuh masih SMP ya?