Trending Topics

.

.

Tuesday, August 30, 2011

Sebuah Penyeruan

Angin diskriminasi berhembus tajam
Mengitari samudera yang terbanjiri makhluk makhluk tak bernama,tak bersuara, tak bertenaga!
Menghentikan paksa setiap langkah-langkah kemajuan
Mengecam setiap derit pintu yang terbuka keluar
Membunuh setiap asa yang berhembus dbawah naungan semesta
Semesta yang tak tahu apa-apa

Bangkit!
Bangkitlah para roh yang terbaring!
Disini, manusia telah melupa akan raganya yang hanya raga
Disini, mereka telah melupa akan adanya hukum semesta
Yang datang tanpa diminta

Intuisi terkubur dalam dalam
Ketika tak tahu lagi siapa yang dinistakan nurani
Karena nurani telah mati tanpa makam
Karena nurani yang masih ada dalam diri kami sekalipun,
Telah terkubur hidup-hidup!

Aku hanya mahluk tak bersuara, haruskah kucuri teriakan alam untuk ketuk hatimu?!
Aku hanya mahluk tak berupa, haruskah ku bermewah rupa hanya untuk tunjukkan padamu
Bahwa genta peradilan akan terpukul jua
Dan bukan kau pemukulnya!!
Kau hanya akan tersiksa dibawah hujaman pertanyaan
Dibawah hujaman tagihan
Dibawah hujaman kecaman
Dibawah hujaman rintihan
Rintihan entah berapa jiwa yang kecewa!
Rintihan entah berapa jiwa yang merana!
Rintihan entah berapa jiwa yang kau sakiti
Kau paksa mereka menelan ironi
Kau kubur mereka di kawah diskriminasi

Serigala melolong, anjing menggonggong
Semua merintih sedih wakili kami
Semua tunjukkan simpati terhadap kami
Bicara! Ayo bicara!
Butuh berapa jiwa untuk tebus perhentian lakumu

Kenapa.. kenapa kau hanya bisa palingkan muka?
Adakah pertanyaan ini tak layak kau beri jawaban?
Ataukah waktumu tak cukup,
Tak cukup karena intuisi nistamu lebih penting dari teriakan kami??

Hela lah nafas disini,
Coba rasakan jadi kami
Karena roda kehidupan terus bergulir, bung!
Bukan tak mungkin
Nanti kau ditindas salah satu dari kami

Sebuah Penyeruan,
Kecaman terhadap aksi diskriminasi terselubung.
Yuanita W.P.
24 Desember 2010

No comments:

Post a Comment