Era Romantik, dikutip dari penjelasan dosen salah satu
mata kuliah favorit saya, merupakan masa dimana manusia pengecut didewakan
pemikirannya. Sebenarnya penjelasan yang baru saja itu hanya interpretasi saya
saja, toh pada kenyataannya, Era Romantik menurut devinisi yang sebenarnya tak
lebih dari era dimana paham tentang kejayaan masa lalu lah yang meraja. Tapi
bukankah tak ada bedanya ?
Saya memahami romantisme tak pernah se-esensi ini
sebelumnya. Tentunya, karena romantisme yang kita pahami bersama disini
bukanlah dalam devinisi picisan yang umum. Romantik memang eranya para pengecut
yang hidup di masa di mana mereka berjaya saja, membuang keburukan dan
kepahitan dalam bentuk apapun dari ingatan seolah berkredibilitas untuk membuat
dunia ini seindah surga. Padahal, apa yang mereka hadapi selanjutnya justru
kelengahan dan stagnanisasi kemajuan oleh keamanan dan kenyamanan dari masa
lalu yang semu. Tapi pantas saya akui bahwa dalam sebentangan waktu hidup saya
yang baru tak seberapa ini pun, era romantik pernah ada, bukan hanya dalam
sejarah peradaban dunia.
Kini ada warna yang mengindikasi bahwa era itu akan
tiba lagi. Beberapa kejadian membawa saya untuk melambung tinggi,
jauh diatas lembayung yang bergerak pelan di sore hari. Saya tengah menjaga
betul kesadaran untuk hidup dalam kenyataan, bukan sekedar romantika yang
hampir berkebalikan dengannya. Tapi itu cukup menyakitkan, cukup. Magnet yang
digunakan oleh romantika yang menarik saya amat kuat, sampai sampai tangan saya
tersayat oleh satu-satunya tali yang saya gunakan untuk tetap berada pada bumi
manusia yang penuh pedih dan dilema.
Bahkan untuk memilih sakit pun harus tersakiti
terlebih dahulu, benar-benar anti-romantik.
Tapi itulah yang saya pilih untuk menjadi seorang
pemenang yang berbahagia suatu saat nanti. Terjebak dalam romantika sekali lagi
hanya akan membuat saya mundur dalam dimensi waktu yang tak tentu. Terjebak
dalam rasa nyaman semu seperti yang saya katakan di awal tadi. Kini dengan
memilih bertahan dalam pedih-perih kenyatan khas dunia, saya berharap apa yang
membuat saya bahagia benar akan datang pada saatnya, secara nyata, bukan semu
seperti apa yang selama ini ada, dalam romantika saya di waktu yang lalu.
Yuanita Wahyu Pratiwi, 15 September 2013
No comments:
Post a Comment