Kalimat ini diutarakan oleh Kenshin di salah satu scene paling RWOMENTYIK di Samurai X: Reflection. Yang di pinggir sungai sore-sore itu lho~. Njirr pokoknya itu keren buanget scene-nya. But, wait. Wan, kenapa jadi bahas ini?!
Sebenernya, saya mau bahas soal kata "rumah" disana. Menurut Kenshin, rumah itu satu-satunya tempat untuk kembali. Tapi yang jadi masalah disini, sekarang, saya punya dua tempat untuk kembali. Tempat pertama, rumah saya yang soswit di Cikarang sana, dan kosan saya disini. Jadi manakah yang sebenarnya rumah?
Saya rasa akarnya ada disini. Pernah dengar perbedaan antara Home dan House. Quote pasaran mengatakan bahwa "not all Houses are Home." Selain itu ada juga istilah Homy, bukan Houssy. Karena House itu kata rumah yang sifatnya ragawi, sedangkan Home lebih maknawi. Home adalah satu-satunya tempat untuk pulang yang dimaksud Kenshin tadi. Dimana selalu ada perasaan nyaman di dalamnya dan setelah lama tak kembali, ada perasaan rindu yang ditimbulkan olehnya.
Dua bulanan yang lalu, mungkin mudah bagi saya untuk menjawab pertanyaan mengenai yang manakah rumah saya, tapi untuk kali ini, penjelasan yang akan saya paparkan untuk itu kiranya akan jauh lebih panjang. Saya pernah bicara soal konsep seratus persen adaptasi manusia. Saya manusia, dan saya melakukan adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggal saya. Beberapa bulan yang lalu, seratus persen adaptasi itu ada di Cikarang, kota yang sejak lahir saya tempati. Akan tetapi, untuk dapat bertahan hidup disini, kemudian saya harus membaginya sedikit dengan kota yang baru ini. Yogya pun memiliki sebagian darinya. Meski awalnya hanya sebagai syarat untuk dapat bertahan, hari demi hari yang saya alami disini membawa banyak kesan, sehingga perlahan-lahan, presentasi adaptasi tersebut terelevasikan.
Seharusnya, sebagaimana adanya ini adalah hal yang baik, namun semuanya berbalik ketika saya kembali mengingat Cikarang. Memori adalah hal yang tak tergantikan, meskipun ia tersimpan dalam ingatan, mereka hanya seperti domba domba di pekarangan tak berpagar. Sekalem apapun mereka berpindah-pindah dalam areal pekarangan tersebut, tak ada yang bisa menjamin mereka akan diam disana saja, dan kadang kala, oleh semakin banyaknya domba yang terkumpul, semakin mudah pula bagi mereka untuk pergi tanpa diketahui, terlupakan tanpa disadari. Dan memori itu adalah pengikat 50% presentase adaptasi saya terhadap Cikarang.
Dulu saya banyak ber-parno ria soal kehidupan independen. Karena pada kenyataannya pun awalnya, bahkan sampai sekarang, hidup memarasit ke orang tua memang lebih surga. Tapi tak sedikit pula yang saya dapatkan dari independensi ini terhadap kemajuan pribadi saya. Belum lagi mulai terbentuknya kenangan-kenangan baru bersama orang-orang baru, datangnya domba-domba baru ke pekarangan yang semakin menggeser mundur presentase domba-domba lama.
Besok saya kembali ke rumah dari rumah saya. Meski petak kamar ini awalnya tak lebih dari sekedar 'House', orang-orang baru yang banyak membahagiakan saya disini membuatnya perlahan-lahan mulai mirip 'Home', meski kerinduan saya masih hanya ada di satu rumah di tengah ilalang disana. Meski tak menutup kemungkinan pula, ada aspek-aspek serta orang-orang tertentu yang kurindukan dari rumah saya disini.
Suatu hari nanti, saya pun akan pergi, lebih jauh dari ini, untuk memiliki rumah dan kehidupan sendiri, bukan milik orang tua lagi. Tapi analogi hal ini serupa dengan ketika saya memulai membagi 24 jam dalam sehari dengan kehidupan rumah dan sekolah, belasan tahun lalu. Awalnya memang berat, tapi akhirnya saya berhasil melaluinya. Sampai saya menamatkan bangku sekolah menengah atas kemarin, saya menikmati bagaimana saya memiliki dua dunia, rumah sekaligus sekolah. Begitupun dalam kasus ini saya harap.
Selamat berlibur semuanya. Semoga kita bisa kembali lagi dalam keadaan yang persis sama, tanpa ada sesuatau apapun yang kurang, selain semangat yang semakin menggebu untuk meraih hasil maksimal di perjuangan bersama ini. Terimakasih untuk semuanya atas rumah kedua yang kalian persembahkan pada saya, tempat saya merasa paling nyaman selain di rumah tempat orang-orang yang paling saya sayangi berada disana.
Kalian, orang-orang aneh sekaligus ngangenin yang saya kenal disini, kalo bisa saya mau dua sisi dunia saya ini sohib baru disini, keluarga, dan kawan lama saya berkumpul pada poros yang sama, tanpa harus meninggalkan salah satu untuk menemui yang lain. Tapi rasanya itu mustahil, sebagaimana ibu yang tak boleh menunggui anaknya belajar di dalam kelas. Awalnya memang berat, tapi bersama keajaiban seabsurd kalian, saya bisa bertahan dan berbahagia. Kalian benar-benar realisasi atas doa saya, orang-orang baik yang membahagiakan saya.
Semoga perjalanan besok berjalan lancar dan menyenangkan. Semoga liburan kita semua menyenangkan. Selamat bermomen penting di rumah, tapi sadarlah bahwa janji adalah hutang, dan rasanya kau bukan seorang yang mudah lupa :3
11 Januari 2014
No comments:
Post a Comment