Tahun 2014 yang bakal jadi tahun politik ini yang dibilang banyak orang lebih sebagai tahun perubahan, tapi buat saya pribadi, no, tahun perubahan itu ya tahun lalu, yang baru berakhir beberapa hari yang lalu, 2013 yang sekarang telah turun takhta dan bersila penuh wibawa di deretan panjang sejarah hidup saya.
Kenapa Wind of Change? yeaa~ gegara bokap minta di downloadin lagu-lagu love songs 70's 80's 90's sebagai oleh-oleh ketika saya pulang nanti berhubung dikosan ada wifi dan download jadi surga sekali, saya otomatis jadi turut mendengarkan lagu-lagu tersebut. Favorit saya, Bon Jovi, Aerosmith, beberapa dari Richard Marx, dan tentunya Scorpions. Sumpah, asik lagunya, metal tapi mellow gitu liriknya, dan salah satu yang jadi most played saya adalah Wind Of Change. Cocok kan, sama tema tulisan kali ini?
Well, harus mulai dari mana? entahlah. Kerjakan saja dan biarkan ia mengalir, maka kau akan menemukan kejutan-kejutan tak terduga~ Itu yang kerap jadi motto hidup saya. Jadi langsung aja dari yang pertama muncul di benak saya,
Change of Fate
Saya gak amor fati sebenernya. Saya mengusahakan nasib saya di waktu kedepan untuk menjadi lebih baik dari yang baik yang sekarang. Tapi apa boleh buat kalau memang mendung harus ditiupkan oleh angin keatas kepala saya. Dalam situasi seperti ini, saya jadi kerap merasa kalo gak semua yang buruk itu benar-benar buruk. Beberapa kejadian di hari-hari belakangan juga menegaskan hal yang sama, seolah-olah Tuhan memberikan capslock untuk saya lihat di kasus-kasus semacam ini bahwasanya, pelajaran atas mereka adalah hal yang sangat teramat penting bagi kehidupan saya.
Posting blog saya sampai Mei-Juni, isinya hanya kegundah-gulanaan, keluh kesah, dan doa-doa pasrah. Meen, siapa juga yang tak akan seperti ini jikalau anda sekalian bukan lah amfibi, melainkan hanya hewan darat dan kalian direndam di air untuk 2 tahun lamanya. Saya bertahan susah payah, berpegang ke segala macam akar dan rerantingan yang bisa saya raih dan terseok-seok parah. Dari penyesuaian awal terhadap program IPA yang gak pernah berhasil sampai akhir, sampai semester sebulan yang aduhaaai~. Semua itu, apabila diingat-ingat lagi, membuat saya amat mensyukuri hari hari saya sekarang.
27 Mei 2013, nasib saya berubah total. Ibarat Avatar yang baru tahu jati dirinya, atau malah Prince Zuko yang kehilangan kemampuan fire bending-nya. Saya membuka sebuah web berlogo mirip pepsi dan menemukan nama saya ditulis dalam layout serba hijau di sebuah persegi panjang, disana terdapat pula sebuah informasi membahagiakan bahwa saya diterima sebagai mahasiswa prodi Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada lewat jalur paling kere, paling gak modal, paling enak, paling gampang, dan paling cuma-cuma, jalur SNMPTN.
Seketika air mata saya ngucur bro, bak tengah menyantap penyetan ayam terong cabe sepuluh di Pak Kubis. Peristiwa yang kalo direkam dan disetel ulang pasti sangat lucu tersebut disaksikan langsung oleh seisi rumah, emak, bapak, adek, menok, jujul, kucil item dan almarhumah kucil putih. Emak saya yang biasanya kaga ada romantis-romantisnya terus meluk saya, dan bilang "Wis, hebat kamu yu. Kata ibu juga apa kan, keterima!". Terus bokap cerita kalo pakde saya dulu pernah bilangin, "ngasih makan anak istri itu yang jujur, nanti berkah." dan kata bokap, pas momen itu, makna dari kalimat pakde saya itu kerasa banget. Haa, ini salah satu momen terbahagia saya, salah satu yang membuat 2013 luar biasa.
UN saya memang hanchyur. Matematika 5, 5; Fisika 4; Kimia 6,75; Bahasa Indonesia 8,8; Bahasa Inggris 8,8; Biologi 8. Tapi itu hasil sendiri broh~ Dan buat seorang yang gak pernah niat masuk IPA, gak pernah menikmati tiap detik di pelajaran eksakta, pernah punya track record berantem sama guru Fisika gegara gak ngerjain PR dan ngotot, dan seorang IPS sejati#bhuah seperti saya, saya justru bangga terhadap angka-angka itu. Itu hasil saya, tilas perjuangan saya atas penyiksaan selama ini, dan itu justru manis tjoy~
Paruh pertama tahun ini saya lalui dengan penuh tekanan. UN, UAS, TRY OUT, NILAI JELEK, GAK LULUS, GAK KETERIMA UNIV NEGERI, PEMULIAAN TANAMAN#kagainimah, hal seperti itu selalu menjadi mimpi buruk yang merenggut ketenangan tidur dalam setiap malam-malam saya. Belajar sampe malem, begadang, les sampe ngantuk-ngantuk dan pusing, semuanya semakin berat setiap harinya. Terlebih ketika semuanya disudahi oleh UN, beban mental yang lebih berat menggondeli. PENGUMUMAN. Dari pengumuman UN, pengumuman SNMPTN, dan lain lainnya. Terlebih lagi, orang yang kelewat awesome ini cuma daftar lewat SNMPTN tanpa punya cadangan lain ataupun ngambil kelas bimbel. Kelewat pede? nggak juga. Saya cuma demen ngulur ulur waktu dan tanpa sadar, belum satupun buku latihan SBM yang saya beli sampai saya beli pulsa modem buat buka web SNMPTN jam 5 sore hari itu.
Setelah jam 5 sore itu, hidup saya berubah, nasib saya berbalik. Mendung seketika menjadi cerah berpelangi. Bayangkan, seorang bebal eksak seperti saya, jikalau harus mengambil jalur tes, mungkin kecil sekali kemungkinan diterimanya. Tapi dengan tanpa mengorbankan apapun lagi, saya sudah resmi diterima di Universitas kerakyatan pertama di Indonesia. Mungkin Tuhan menghitung jerih payah saya selama ini sudah cukup untuk menerima hadiahnya.
5 weekdays dalam seminggu saya yang tadinya hanya berisi penantian akan pelajaran sejarah yang akhirnya justru sering diganti Bahasa Sunda kini penuh berisikan mata kuliah-mata kuliah yang ketika sekolah jadi mata pelajaran favorit saya. Matkul semester 1 cuma 6, Pengantar Sejarah Indonesia, Pengantar Ilmu Sejarah, Dasar Dasar Ilmu Budaya, PAI, B. Inggris dan B. Belanda. No more Physics, Biology, Chemist, EVEN MATH! Subhanallah~ Dan orang-orang yang saya temui disini pun ajaib. Mereka adalah orang-orang yang selama ini saya anggap langka, tapi justru saya temui sekian banyak, 30 lebih kepala dalam satu kelas. Obrolan yang mereka singgung berat luar biasa, pengetahuan mereka membuat saya terkadang jadi lawan bicara yang tidak sebanding, tapi karenanyalah saya puas. Saya tak memasuki dunia yang salah lagi, ini benar-benar ranah yang saya impikan. Kini saya semakin menikmati segalanya, semakin mensyukuri segalanya. Karena jujur, atmosfer kelas ini salah satu yang paling nyaman yang pernah saya rasakan.
Change of Surroundings
Saya seorang anak rumahan yang buat ke warnet pun kadang males, tapi disini saya sudah travelling ke beberapa tempat jauh seorang diri. Perasaan jauh dari orang tua kayaknya yang bikin saya sadar saya gak bisa bermanja-manja ataupun menggantungkan diri pada siapapun lagi. Kalo saya sendiri gak gerak, ya gak akan gerak. Dorongan semacam itu yang membuat saya pada masa independen yang masih awal ini sudah melakukan beberapa perubahan pada diri saya sendiri. Tercatat, saya trip angkatan ke Semarang-kota lama yang saya impikan untuk kunjungi selama sekian lama-, lalu trip seorang diri ke Salatiga, dan yang terakhir ke Wonosari. Rasanya agak aneh. Apalagi ketika menyinggahi tempat-tempat yang masih saya ingat bahwa saya pernah menyinggahinya beberapa kali sebelumnya, dengan sosok yang samasekali berbeda dengan sosok ini, bersama orang tua saya.
Habitat yang baru ini juga menuntut saya untuk luar biasa berubah dari kebiasaan lama. Saya mengurus diri sendiri, tanpa ada yang mengomplain kalo-kalo saya hanya mandi sehari sekali. Cucian, setrikaan, kamar yang berantakan, semuanya dikendalikan hanya oleh tangan dan kesadaran saya akan kebutuhan untuk sehat, rapi, bersih, dan kepedulian terhadap diri sendiri. Birokrasi bagi emak saya untuk tahu keadaan yang super duper kacau dan mengomeli saya karenanya amat panjang dan tak terjangkau, karenanya, saya benar-benar lepas dari kontrol. Tapi justru ini yang membuat saya akhirnya sadar kalo jarang nyapu itu nanti banyak semut, kalo jarang bersih-bersih kamar bakal ada serangga aneh aneh yang menginterupsi ketenangan, kalo jarang mandi nanti gatel-gatel, kalo jarang nyuci bajunya abis. Sehingga mau tak mau, kebutuhan akan hal-hal esensi yang sekarang saya urus sendiri tersebut yang membuat saya meski harus menahan diri untuk egois, meski harus berlelah lelah ria, tetap harus melakukannya.
Bicara soal makan, ada beberapa karma yang saya dapatkan. Hal pertama adalah toge. Coba tanya emak saya, pasti beliau bilang saya ini benci toge. Dan ya, memang demikian. Toge itu dibumbui apapun, dimasak selama apapun dengan metode apapun tetep susah diresapi oleh bumbu, terlalu konservatif, jadi dia hanya akan menjadi toge, bahkan dalam bala-bala sekalipun. Tapi disini seketika tuah itu berbalik pada saya. You know? Sampe risoles pun isinya toge, padahal itu favorit saya. Soto, tahu gimbal, semuanya ada togenya, bahkan ketoprak yang bumbunya terenak yang pernah saya coba disini, komponen sayuran berupa toge dan irisan kubisnya lebih banyak daripada ketupatnya. Karma yang kedua adalah mie instan. Di rumah, terlebih semenjak ada warung, saya hobi banget makan mie instan. Yang saya cari itu bukan praktisnya, tapi sensasi si mie instan itu sendiri, terutama kalo lagi ujan ujan, kayaknya klop banget gitu. Makanya, meskipun nyokap udah masak, saya sering diomelin gara gara tetep kekeh bikin mie. Dan sekarang? Ah, kaga ada masakan tjoy, mau nggak mau ya bikin mi, sampe pas ujan-ujan yang dulu saya bilang klop itupun, kayaknya ogah banget bikin mie. Udah mblenger -_-. The last is kertas nasi. Pas dirumah, kertas nasi itu barang unik, makan diatas kertas nasi adalah perihal langka yang gak dateng setiap hari berhubung nyokap saya termasuk yang rajin masak. Tak jarang saya beli kertas nasi hanya untuk alas makan dengan alasan sensasi. Sekarang? tong sampah depan kamar isinya buntelan kertas nasi, setiap kali makan hampir-hampir selalu pake kertas nasi kalo nggak minimal sehari sekali. Bagaimana bisa begini saya pun tak mengerti~
Soal habitat di kampus juga lain. Anak kelas saya yang waktu SMA isinya anak rajin dan anak pinter semua, sekarang jadi warna-warni, tapi setelah semakin mendalami karakter kelompok baru ini, saya semakin banyak menguak misteri dan sadar bahwa tempat saya memang disini. Jadi gini, di FIB itu ada beberapa jurusan kan, dan kalo anda seorang awam FIB, ditebak-tebak dari penampilannya, insyaallah anda tahu berasal dari mana anak-anak FIB tersebut. Misalnya kalo anak Arkeo berdampingan dengan anak SasPran, itu bakal beda, begitupun dengan jurusan lain. Anak antro itu menurut saya dandanannya paling eksentrik dari yang lain, kalo anak korea biasa gitu~, kalo anak jepang, well, yang tampang rada otaku, biarpun berkerudung tetep pake atribut kotak-kotak, vest atau cardigan panjang, dan boots, anak Sabar (sastra asia barat) bukan stereo sih, tapi umumnya emang kaya anak rismaci di SMAN, pake rok, kerudung syar'i, ya pokoknya gayanya santun dan gak macem macem sih meski ini hanya umumnya, lain lagi anak arkeo, mereka juga meski rada mirip dandanannya sama anak antro atau sejarah, tetep beda. Kalo anak sejarah itu ya, gimana ya? Cewenya gak terlalu feminim yang pasti, beberapa orang punya trade mark, dan memang seperti itu. Seketika saja anda mencoba mengupgrade penampilan dengan menyetipekannya dengan jurusan lain, anda akan merasa terlepas dari bagian. Dan itu hanya secuil cerita dari ranah fashion, kalo melangkah lebih jauh ke gaya obrolan, pola pikir dan lain sebagainya pasti tulisan ini malah jadi buku.
Habitat yang terakhir saya bahas disini adalah Jogja. Siapa yang gak kenal Jogja? Nah kalo Cikarang? Haha. Itulah kenapa, sekarang saya tinggal di kota yang samasekali berbeda sama Cikarang. Kota ini, dibilang kota seni juga iya, grafiti dan pelukis pinggir jalan dimana-mana, kesenian mendapat tempat di hati penduduknya, event gak perlu ditunggu jangankan sekali sebulan, hampir tiap hari selalu ada. Mau itu teater, karawitan, puisi, rupa, keroncong, sampe orkestra semuanya ada. Toko buku? Buanyak, dari gramedia yang mahal sampe yang formatnya loakan kaya di Senen. Tempat shopping pun gak hanya mall, tempat wisata dimana mana. Ya, kurang lebihnya, apa yang nggak ada di Cikarang yang saya inginkan itu ada disini. Tapi bukan lantas tempat ini jadi perfect, soal kuliner saya tetep kangen berat sama Cikarang, terutama tempat-tempat nostalgic yang nggak akan tergantikan disana tempat keping-keping memori saya berhamburan.
Change of Bakathings
Posting blog beberapa bulan terakhir ini mulai berwarna serupa yang dulu. Kenapa? Entahlah, semua terjadi begitu saya. Tiba-tiba saja saya dihadapkan pada kesempatan kedua, tapi hal tersebut tak ubahnya penyadaran terhadap ketiadaan apa-apa lagi terhadapnya. Rasanya menyesakkan bro. Kami berjalan berdua di tengah keramaian yang semarak, lampu-lampu yang kemerlingan, romantisme yang sederhana sekaligus memikat, kau bersikap demikian baik, demikian manis, tapi semua itu hanya berupa hantaman-hantaman keras ketika sampai menyentuh permukaan hatiku yang terlanjur mendingin. Empat tahunan itu nggak singkat ya, bisa buat dua kali lulus program akselerasi, begitupun dengan lulus dari kelelahan untuk menahan dan menunggu. Sekarang kesempatan bertebaran, pertemuan-pertemuan terjadi begitu saja, saya tak lagi mengalami kekhawatiran tinggi, ketakutan, atau luapan perasaan aneh yang saking dahsyatnya membuat saya seolah tak kuat menghadapi segala situasinya lagi. Luapan macam apapun itu sudah tidak terasa lagi, samasekali. Maka mari cukupkan sampai disini. Kalalupun dirimu pernah mengetahuinya, dan menganggapnya angin lalu karena tak memiliki hendak dan kuasa untuk memastikannya lebih jauh, saya akui itu benar adanya, tapi maaf perasaan ini sudah kadung menyerah tanpa diminta, maaf bukan hanya untukmu, tapi juga untuk harapan-harapanku yang kadung lepas tanpa pernah menyentuh ambang perwujudan.
Lalu ada orang lain muncul, seorang baru yang ternyata bukan apa-apa. Ia berkata tapi saya tak berminat mendengarnya. Saya tak bermaksud menghilangkannya dari kisah hidup saya. Bagaimanapun ia pernah menghadirkan masalah dalam tahun ini bagi saya. Tapi kali ini semuanya tak bertilas untuk saya. Masalah itu tak akan menjadi masalah lebih jauh lagi. Ia hanya seorang yang membuat saya mengetahui beberapa jenis perasaan, otoritas, bagaimana sebuah kewajaran, dan titik dimana saya memutuskan untuk berhenti dan berjalan ke arah lain.
Dan yang ketiga, hal ketiga yang saya pelajari di akhir-akhir tahun ini dari seorang shipwright yang saya kenal dari hobi yang sama. Saya juga masih belum mengerti sepenuhnya soal apa yang ada diantara kami, yang jelas saya menaruh setitik kekaguman padanya. Ia orang yang samasekali berbeda dari yang pertama, dan saya pun tak pernah menyangka akan pernah mengenal orang sepertinya. Tapi ia menghadirkan alur yang persis sama dengan yang pertama, meski untuk kali ini, entah karena positivisme saya saja atau apa, saya tak hanya bermain sendiri. Sekali waktu kami bersenang-senang bersama, dan perasaan saya bersemi karenanya, seketika kami bicara soal hal-hal aneh, melakukan hobi dan bekerja bersama sampai larut malam, dan waktu-waktu itu hanya mengalir begitu saja. Satu-dua kali kami direndung masalah, saling terdiam dan semuanya nampak seketika berbeda, kenyamanan di tempat-tempat biasa tak lagi terperi dalam perasaan hanya karenanya. Satu kali saya dibuatnya kecewa, entah ini semacam pisau bermata dua atau apa, tapi kalau kau mau jujur perlahan-lahan dan memberikanku kesempatan yang sama juga, saya juga ingin jujur soal segalanya. Sejujurnya saya tak ingin menyesal di kali kedua, cukup karena saya sudah menemukan, dan jangan katakan ini hanya kekeliruan. Karena tiap kali ada kesempatan yang membuatku entah bagaimana caranya menyadari sebuah tanda, aku berdoa itu benar adanya, dan sesuatu yang cerah di depan sana pun benar adanya.
2012 saya samasekali tak terlibat dalam masalah semacam ini, tapi dalam tahun ini, semuanya menyerang bertubi-tubi. Seolah akselerasi kedua, saya dipaksa mempelajari hal semacam ini dalam waktu yang sangat cepat. Entahlah soal semuanya mungkin ini karena di tahun ini saya resmi 17 tahun haha#dor, dan lagi, meski saya meninggalkan, tak peduli, dan menaruh harapan di yang terakhir, saya hanya ingin menikmati segalanya di hari-hari saya sebaik mungkin.
Change of Paradigm
Saya terdaftar sebagai peserta ujian akhir semester satu jurusan sejarah UGM yang sedang berlangsung, tapi salah besar kalo kalian menyangka sejarah yang dipelajari dan diujikan minggu-minggu ini cuma soal hapalan. Dalam mata kuliah substansional semacam Pengantar Ilmu Sejarah yang materinya dari 1200-2008 sekalipun, kami bukan diminta menghapal, tapi mengerti konsep. Manusiawinya, sulit untuk mengingat tanggal dari semua peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu tersebut secara rinci kecuali anda terlahir dengan kemampuan khusus, oleh karenanya kami diminta untuk mengerti konsep waktu. Kronologisasi dan Periodisasi adalah yang utama. Bahwa setelah peristiwa A ada peristiwa B karena peristiwa A membawa dampak A' yang menyebabkan peristiwa B dan selanjutnya memancing terjadinya pemberontakan B' di daerah C karena daerah C merupakan bekas kekuasaan B". Jadi sejarah itu berkesinambungan dan karenanyalah saling berkaitan. Membaca buku pun bukan hanya mendapatkan informasi di permukaan, tapi juga di dalam, dengan membaca yang tersirat. Bayangkan! Bahkan lama-lama pekerjaan sejarawan semakin mirip detektif.
Kami nantinya berurusan dengan dokumen rahasia, menulis yang belum ditulis, perspektif baru dari sejarah yang selama ini disetir oleh rezim tertentu. Kami membaca tulisan kuno sesuai spesialisasi, meneliti pola pemikiran dan zeitgeist setiap zaman. Kami membaca foto, meneliti keabsahannya dari gaya bangunan dan pakaian yang ada di sana, plang-plang toko dan plat-plat nomor kendaraan. Kami menggunakan surat kabar lama, iklan-iklan awal abad 20 yang diksinya menggelitik, dan menyimpulkan golongan masyarakat apa yang berperan didalamnya. Kami mengecek autentisitas dari sebuah surat dengan melihat gaya tulisannya, capnya, trademarknya, bahkan jenis kertasnya. Kami dibiasakan peka terhadap film, bagaimana bedanya antara film dokumenter dan reka kejadian yang terlihat sama tuanya. Bahkan mengetahui usia, apa yang pernah terjadi di desa tersebut dalam kurun waktu tertentu di sebuah desa hanya dari kompleks pemakaman.
Satu semester ini benar-benar sudah mulai meracuni pola pikir saya, tapi ini menyenangkan dan semoga saja kedepannya semakin menyenangkan.
Tahun 2013 ini kemudian ditutup dengan sebuah perhelatan akbar di sebuah desa di Sleman yang sunyi. Sederhana sih, cuma masak bareng dan nonton tipi, tapi hey, semenjak ngekos nonton tipi itu hal mewah ya~. Meski diawali oleh kemeranaan, akhirnya awesome kok, persis seperti pola 2013 itu sendiri. Yang terpenting yang saya pelajari dari 2013 itu optimisme, akan ada suatu tempat dimana anda akan merasa benar-benar nyaman, dan meski butuh perjuangan besar untuk itu, semua akan indah pada waktunya~~ :3
Bubay 2013, Adieu~ terimakasih atas segalanya!
DIRIMU LUAR BIASA, AWESOME AS ME~ :* #JEDDAR
Kau pintu gerbang termegah yang mengajariku artinya berjuang dan mendapatkan kemenangan.
MAY 2014 BE AS GREAT AS THIS OR EVEN MORE!~~HAPPY NEW YEAR THROUGH INTERNET EXPLORER~~
#halah pake chrome juga lu
Menonton TV memanglah hal yg mewah bagi sebagian besar anak kosan wan :') btw, I do agree sama kisah2 lo ini, great experience banget buat hold on di dunia IPA :') I hope our next journey in 2014 will be better and cooler than 2013 ya :'D
ReplyDeletemana world cup lagi~ nonton dimana yak? wkwk
ReplyDeletehehehe, dan aku tak akan bisa tanpa kaliaaan XD
MAKASIH MAAH :* #emotluwan
begitu juga denganmu! harus better, harus cooler jugaa hahaha XD
lanjut ye PKMnyaa~~