Judul : Eiffel Tolong!
Penulis : Clio Freya
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan Kedua, April 2009
Tebal Buku : 352 halaman
Penulis : Clio Freya
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan Kedua, April 2009
Tebal Buku : 352 halaman
Fay Regina Wiranata, seorang gadis biasa-biasa saja
yang selalu berfikiran jikalau hidupnya terlalu biasa untuknya. Tinggal di
rumah besar dengan hanya berkawan Mbok Nah-pembantu sekaligus pengasuhnya sejak
kecil- karena sepasang-sepasangnya orang tua yang dimilikinya sibuk berlawat ke
berbagai kota dan negara. Tuntutan profesi memang, dan Fay mengerti betul akan
hal itu. Tetapi terkadang, Fay merasa Tuhan begitu kejam untuk menempatkan
gadis semacam dirinya dalam kehidupan sedatar dan sesepi ini, sampai ia berucap
tentang sepatah doa; “Aku harap hidupku
tidak sedatar ini.”
Dan gejolak abnormal pun mulai
menggulingkan eksistensi riak tenang dalam aliran hidupnya…
Menghabiskan dua minggu liburan musim panas di
Paris, siapa yang tidak dibuat girang oleh hal itu? Begitupun Fay tentunya.
Dengan antusias ia sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari bersama
sahabat-sahabatnya Lisa, Cici, dan Dea. Bayangan akan Eiffel, Louvre, Champ de
Elysees, Orsay, dan lainnya sudah membuatnya antusias sejak masih di rumahnya.
Menurut jadwalnya, di Paris Fay akan home
stay, mengikuti kursus bahasa Prancis selama 2 minggu lalu dilanjut dengan
tur selama 3 hari. Tapi apa yang ia bayangkan ternyata tak sejalan dengan
kenyataan dalam novel ini.
Sesampainya di Paris, bukannya menjalani jadwalnya
dengan lancar dan menyenangkan, Fay malah terjebak dalam konspirasi bisnis dan
militer otokratis berlabel-kan COU yang di jalankan Andrew McGallahan. Andrew
sendiri merupakan sosok pria mengerikan yang menghalalkan berbagai cara demi
menjamin kelancaran bisnisnya. Dianggap mirip dengan keponakan dari pesaingnya-Alfred
Whitman- yakni Sheena, yang merupakan
seorang gadis Highclass asal
Malaysia, Fay diculik dan dipaksa untuk menjadi Sheena demi bisa menyusup ke
kediaman Alfred. Tentu atas kepentingan Andrew yang ingin mencari tahu
informasi mengenai pesaingnya tersebut. Sejak saat itulah, roda kehidupan Fay
membalik ke arah yang 180% berbeda dengan arahnya yang sediakala.
Fay yang tak suka beolah raga dipaksa lari setiap
sore memutari kediaman Andrew yang luasnya minta ampun, belum lagi latihan
fisik lainnya yang juga lumayan berat. Fay yang tak kenal bersolek dipaksa
membiasakan diri berdandan chic ala
Sheena. Selama dua minggu itu Fay juga di paksa mempelajari seluk beluk Sheena
sehingga, voila, di akhir minggu
keduanya ia benar benar menjadi fotokopi Sheena.
Tapi bukan berarti novel ini hanya berisikan
penyiksaan lahir batin terhadap Fay saja. Tetap lah, sebagaimana teenlit lainnya, terselip kisah cinta
disini. Tepat di tengah cerita, muncul tokoh baru bernama Kent yang tak lain
adalah keponakan dari sang raja COU. Kent awalnya diutus Andrew untuk turut
menyiksa Fay, tapi perlahan mereka malah terjebak dalam sekilas summer love yang rumit. Fay mendadak
terpukau oleh sosok Kent yang sebenarnya, jauh dibalik pribadi yang ia
tunjukkan di awal-awal pertemuan mereka, ternyata Kent sosok yang baik dan
lembut. Pianis tersebut akhirnya mampu membuat Fay luluh dan akhirnya bersedia
mengarungi kisah singkat mereka meski tak henti diintai bahaya. Dan soal
pelanggaran atau hal-hal lain yang berjalan tidak sesuai dengan keinginannya,
Andrew tidak segan untuk bermain dengan kekerasan bahkan sampai menyangkut
nyawa.
Selain itu, ada Reno yang Fay temui di tempat
kursusnya. Pria yang sempat mencuri perhatiannya, namun selanjutnya lebih Fay
anggap sebagai kakaknya. Reno yang dipercaya Fay, entah kenapa malah tak
menyetujui hubungannya dengan Kent, dan sepertinya ini dikarenakan ada sesuatu
diantara mereka.
Di akhir masa dua minggunya disiksa di kediaman Andrew,
Fay akhirnya diterjunkan sebagai Sheena kedalam misinya. Semua hal yang
dilaluinya selama dua minggu pun tak sia-sia karena di awal misinya, semua hal
bisa ia lewati dengan sempurna, namun semuanya itu mengantarkannya kepada akhir
yang tak terduga.
Ada yang dapat saya simpulkan dari novel ini, ada
amanat yang saya dapat, yakni “Be careful
with your wish for” atau “Berhati-hatilah dengan harapanmu”. Seperti yang
dialami Fay dalam novel ini, yang menjadi akar sesungguhnya dari segala
permasalahan yang hidup disini. Terkadang, dikarenakan ritme kehidupan yang
membosankan dan hampir sudah kita hafal, kita jadi sering membayangkan hal-hal
aneh yang kita pikir bisa lebih menyenangkan dibanding apa yang kita punya
sekarang. Padahal sesungguhnya belum tentu. Tak sepatutnya kita berlaku begitu,
karena segala hal yang ada pada kita saat ini, seberapapun membosankannya
seharusnya kita syukuri.Meski itu hanya merupakan angan-angan di dalam hati,
tetap saja yang namanya ucapan adalah doa. Dan penyesalan di akhir cerita tidak
akan memberikan perlindungan apa-apa.
Novel ini memang hanya menceritakan dua minggu
perjuangan Fay melalui nasib buruknya di Paris, tapi dengan membacanya, kita
seolah dibawa untuk menjalani hidup sebagai seorang Fay. Yang saya kagum juga,
ternyata sang penulis, Clio Freya ini mampu betul menceritakan pengal demi
penggal kisah dalam novel ini secara mendetail. Sehingga pembaca bisa merasa
seperti menonton film action langsung
saat membaca bagian action-nya.
Organisasi dan sistem bisnis di COU juga bisa dijabarkannya dengan baik
sehingga pembaca tak perlu memutar otak untuk dapat mencerna maknanya. Tak
seperti novel bertemakan spy lainnya,
novel ini bukan novel yang berat untuk dibaca sehingga saya rasa cocok untuk
berbagai lapisan usia.
Kisah romantis yang terjadi antara Fay dan Kent pun
mampu diselipkan dengan sangat cantik. Tanpa mengganggu maksud dari cerita yang
sesungguhnya. Yang jelas, debaran keras jantung pasti tak akan luput kita
rasakan saat membacanya. Tapi untuk genre teenlit
yang umumnya membahas masalah ringan seputar kehidupan remaja, novel ini tak
cukup banyak meletakan intrik dan problema mengenai hubungan si tokoh dengan
lawan mainnya seperti novel-novel teenlit
pada umumnya. Beberapa kesalahan ketik juga saya temui disaat membaca novel
ini. Dan yang terakhir, desain sampul yang kurang mewakili isi novelnya yang
sesungguhnya luar biasa juga menjadi kendala. Bagaimanapun, orang pasti menilai
buku dari sampulnya dulu, tak perduli peribahasa menghimbau untuk tidak berlaku
demikian.
Jika anda menginginkan novel romantis yang
bertemakan segar, dan memancing adrenalin untuk ikut bermain, saya rasa novel
ini cocok untuk anda. Meski yang menjadi daya tarik sesungguhnya bagi saya
ketika memutuskan untuk membeli dan membaca novel ini adalah kata “Eiffel” yang
tersemat pada judulnya, novel ini benar-benar tak mengecewakan sesuai dengan
harapan saya. Novel ini juga cocok bagi anda yang menyukai kejutan, karena
sesungguhnya novel ini dipenuhi oleh hal itu. Novel-novel lain yang berkepala-judulkan
Eiffel mungkin hanya melulu menceritakan tentang kisah cinta tanpa selingan
lain kecuali konflik yang mengundang derai air mata. Meski yang seperti itu
juga bagus, ada kalanya novel seperti yang ditulis oleh kak Clio Freya ini kita
butuhkan sebagai penyegaran.
No comments:
Post a Comment