Teman-teman, hati
selalu punya ruang. Anak muda seharusnya memang progresif, mengingat fungsi
tubuh sedang dalam kondisi terprima. Pada masa-masa ini para atlet mendapatkan
medali terbanyaknya, dan seorang yang duduk di kelas dalam gedung berpendingin
ruangan mendengar ceramah professor yang mengaku intelektual ini patutnya
berkarya. Orang lain sesama pemuda telah sampai di tanah-tanah asing, telah
mengukir nama yang harum dalam kejuaraan-kejuaraan besar, dan telah membuat
orang terdekat kenyang oleh rasa bangga, tapi apalah diri ini. Seorang yang
belum menemukan diri menghasilkan suatu yang berharga. Seorang penghabis waktu
dan biaya, tidak produktif luar biasa.
Diantara tugas-tugas
wajib, kesenangan hati selalu jadi prioritasnya. Kali ini, setelah ia melakukan
perjalanan ini, nampaknya paham yang terlalu SMA itu telah terlalu usang untuk
tantangan di dunia barunya. Ia beranjak ke semester tua, masih dengan tangan
hampa kecuali deretan nilai di transkrip. Waktunya hanya berputar di
orang-orang sekitar, hobi, dan ketidak disiplinannya. Dasar anak manja.
Antara panitia dan
calon peserta tak pernah ada komunikasi apapun, bahkan dalam bentuk kontak
batin sekalipun. Birokrasi di tanah berisi ratusan juta orang ini sering kali
terlalu panjang dan berbelit. Sementara itu waktu adalah makhluk paling
konsisten di muka bumi. Kalau menurutmu deadlinenya
terlalu singkat, itu cuma self excuse para pecundang. Kau bukan seorang
pengambil kesempatan.
Sebetulnya Tuhan Maha
Pemurah. Bahkan di dalam duniaNya yang orang bilang kejam ini, setiap manusia
akan berkembang sesedikit apapun usaha yang ia lakukan. Minimal manusia tahu
caranya menyuapkan makanan ke mulutnya, maka makanan-makanan itu akan sampai
pada sel-sel yang terus berlipat ganda. Tubuh berubah dan tantangan dengan
tanpa disadari juga bertambah. Dengan kekuatan lebih, seorang anak berusia 7
tahun harus berjalan kaki ketika ibunya hanya sanggup menggendong adiknya yang
berusia 3 tahun. Apakah itu tantangan? Rasanya terlalu sederhana untuk menyebut
keterpaksaan untuk berjalan kaki dalam lelah selagi si ibu tak sanggup
menggendong dua anak sebagai tantangan. Akan tetapi lama kelamaan, anak 7 tahun
itu akan jadi seorang kakak yang bukan hanya kuat, tapi paham posisinya,
mengerti arti pengorbanannya, dan menyayangi adiknya.
Dalam kesempatan lain,
untuk menjadi murid yang pandai, anak 7 tahun itu harus mengambil kesempatan
memperhatikan apa yang di ajarkan guru di setiap kelas tanpa melewatkan
sedikitpun. Pun untuk masuk tim sepak bola anak kabupaten, ia harus rajin
berlatih sebelum audisi dilakukan. Ada lebih banyak usaha yang dituntut
kesempatan-kesempatan semacam itu. Masalah yang ditimbulkan jika kalian tidak
mengikutinya pun tidak akan besar. Nilai sekolah kalian akan tetap bagus
meskipun kalian tak ikut lomba-lomba ke luar. Dan kalian akan tetap naik kelas
sekalipun duduk di tengah, dan kadang luput dari penjelasan guru di depan kelas
selama kalian rajin masuk dan mengerjakan tugas. Tapi ketika ada orang-orang
lain yang mengambilnya, jangan harap mereka akan dengan murah hati setia
menunggu kalian sampai saat terakhir. Mereka akan melesat, jauh, sampai tak
terlihat lagi.
Dunia yang kecil tak
akan berubah terlalu banyak. Teman akan tetap baik, keluarga akan selalu ada
dan membanjiri diri dengan kasih sayang. Tapi di dunia yang lebih besar, akan
ada banyak orang yang kontradiktif denganmu. Ada mereka yang konsisten dengan
sikap diri yang tak kau sukai. Ada banyak kekalahan dibalik satu dua kemenangan
maha manis yang menggetirkan hati. Di kali pertama kedua mencoba, rasanya dunia
seperti meninggalkanmu sendirian. Ketika tak bisa mengatasi, kita seringkali
akan berlari dan sembunyi. Dunia tak akan melihat kita lagi sebelum kita bisa
tersenyum dan beramah hati. Selamanya mereka akan mengingat kita sebagai
orang-orang yang ditimpa bayangannya sendiri.
Soal semua itu, aku
baru merasakannya kali ini. Selama ini zona nyaman telah membuat cahaya luar
terasa sangat menyakitkan. Segalanya asing, keras, dan membuat diri tak nyaman.
Namun dibalik keputus asaan, dengan segala kuasanya Tuhan datang dengan
pertolongan. Dunia akan indah tanpa didoa. Di ujung jalan kita akan sampai pada
rasa syukur yang meluap. Dunia tidak sekejam yang kita kira.
Di perjalanan itu, ada
sisa yang manis. Sejengkal dunia telah masuk ke pengembaraanku lagi. Mungkin
akan butuh waktu lama sampai jengkal demi jengkal merengkuh seluruhnya dalam
dekapan, tapi biarlah ini menjadi proses yang baik. Aku terlambat memulai memang,
tapi ada angin kontemplasi yang kubawa dari sini. Untuk menerjunkan diri ke
dunia yang luas, aku butuh lebih banyak berlatih. Berhadapan dengan orang-orang
baru memang terlalu membuat langkah seringkali terasa salah, dan aku masih
sulit mengatasi ini.
Takdir adalah skenario
Tuhan yang rahasia. Dalam setiap hela nafas, tindak tanduk, dan keputusan, tak
pernah ada yang pasti tahu apa yang akan didapatkannya. Tesis hanya buah pikir
khas metodologi Eropa. Nyatanya masih banyak hal tak bisa di rumuskan. Masih
terlalu banyak anomali dalam serangkaian dalil seorang ilmuwan. Manusia begitu
kecil.
Dalam tiap kesempatan
aku tak tahu akan bertemu siapa. Seringkali diri ini ingin seluas-luasnya
membuka hati. Tapi perasaan dengan segala spekulasi anehnya kerap kali mengambil
kendali. Diam, melewatkan banyak hal, merasa salah tanpa meluruskannya, dan aku
pun kehilangan banyak hal. Di perjalanan kali ini aku punya banyak hal untuk
dikatakan setelah aku sampai di rumah dan merenung. Sayang tak sekata pun
sampai padamu di waktu kemarin.
Adakah aku harus
seperti mereka? Sayang sekali, sepertinya itu sangat bukan diriku. Aku bukan
siapa-siapa. Apa pantasku untuk banyak-banyak angkat bicara. Mungkin diri ini
terlalu banyak berkomentar termasuk pada diri sendiri daripada bertindak. Tapi
mengertilah, tolong, meski tidak mungkin. Aku ingin tanya beberapa hal, memulai
percakapan kecil, dan bertemu serta berpisah dengan wajar denganmu, tapi aku
hanya seorang pemula. Mungkin ada banyak tindakku yang berbeda arti di depanmu,
tapi maksudku tak pernah buruk. Aku senang hati mengenalmu, hanya saja sulit
untuk menafsirkannya dengan benar.
Selamat memulai hidup
yang biasa lagi. Aku harap kita bisa bertemu lagi, dengan suasana yang mungkin
lebih baik, nanti.